JagatBisnis.com – Harga kopi global mengalami lonjakan yang signifikan, dengan harga biji kopi arabica tercatat melonjak 103,87% year on year (yoy) pada Rabu (5/2), mencapai level US$ 3,83 per pon. Kenaikan harga ini juga tercatat sebesar 20,41% month to month (mtm) dalam sebulan terakhir, yang turut mempengaruhi pelaku usaha kedai kopi di Indonesia.
Vico Lomar, CEO Fore Coffee, mengakui bahwa harga biji kopi selalu berfluktuasi, dan manajemen perusahaan selalu mengikuti perkembangan industri kopi dan komoditas terkait untuk memperkuat analisis pasar. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlanjutan bisnis dan mengurangi dampak fluktuasi harga bahan baku, yang memungkinkan mereka menjaga stabilitas harga jual produk.
“Kami memiliki strategi untuk mengurangi risiko fluktuasi harga bahan baku, yang memungkinkan kami menjaga stabilitas harga jual produk kepada pelanggan,” ujar Vico.
Fore Coffee juga dikenal dengan komitmennya untuk mengutamakan kualitas kopi, menggunakan biji kopi 100% hasil petani lokal dari daerah-daerah terkenal seperti Aceh Gayo, Toraja, dan Jawa Barat. Proses pemilihan biji kopi ini melalui uji coba dan pengujian rasa yang ketat untuk memastikan cita rasa terbaik.
Menurut Vico, mereka sengaja memilih biji kopi lokal untuk memberdayakan petani dan membantu meningkatkan perekonomian lokal. Mengenai kemungkinan penyesuaian harga jual produk, Vico menyatakan bahwa Fore Coffee akan terus memantau dinamika harga kopi global dan domestik untuk mengambil langkah yang tepat.
Kopi Kenangan, kedai kopi besar lainnya, juga mengungkapkan bahwa meskipun harga biji kopi mengalami kenaikan, mereka belum menaikkan harga jual produk mereka. Ruth Davina, Corporate Affairs Kopi Kenangan, menjelaskan bahwa pasokan biji kopi mereka tetap berjalan lancar dari berbagai perkebunan lokal seperti Takengon, Sidikalang, Flores, dan Jawa Barat.
Di sisi lain, Moelyono Soesilo, Ketua Departemen Specialty & Industri BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), mengatakan bahwa produsen olahan kopi kini berusaha mengoptimalkan stok biji kopi yang ada, sambil menunggu panen kopi yang baru mulai pada April 2025. Beberapa pabrikan kopi bahkan mempertimbangkan untuk menggunakan kopi dengan mutu lebih rendah atau blending untuk mempertahankan harga jual.
Seiring dengan kenaikan harga biji kopi global, para pelaku usaha kedai kopi di Indonesia berupaya untuk mencari cara agar dapat bertahan di tengah fluktuasi harga yang tak menentu, sembari tetap menjaga kualitas dan pelayanan terbaik bagi konsumen. (Zan)