JagatBisnis.com – PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT), produsen fastener dan komponen, menyatakan optimisme menghadapi prospek bisnis 2025 meski sektor otomotif dihadapkan dengan berbagai tantangan. Kenaikan PPN menjadi 12% dan pengenaan pajak kendaraan bermotor yang berlaku tahun ini diperkirakan dapat mempengaruhi permintaan di sektor otomotif. Namun, perusahaan ini mengaku tidak terlalu khawatir karena memiliki strategi diversifikasi yang kuat.
Direktur Garuda Metalindo, Anthony Widjaja, menjelaskan bahwa perusahaan tidak bergantung sepenuhnya pada penjualan komponen untuk sektor otomotif. BOLT telah memperluas jangkauan pasarnya ke sektor komponen untuk alat berat, infrastruktur, dan elektronik. “Pelemahan pada sektor otomotif dapat dimitigasi dengan diversifikasi produk dan pasar, sehingga tidak terlalu menekan volume penjualan perusahaan,” ujar Anthony.
Ekspansi Pasar Ekspor Jadi Fokus Utama
Meski menghadapi perlambatan di sektor otomotif domestik, BOLT tetap gencar memperkuat ekspansi penjualan komponen ke pasar ekspor. Perusahaan ini memandang potensi pasar ekspor yang besar, terlebih dengan pangsa pasar BOLT yang masih kecil, memberikan ruang pertumbuhan yang signifikan di tahun 2025. Anthony juga menyoroti tingginya permintaan kendaraan bermotor di pasar global, yang turut berimbas pada kebutuhan produk komponen.
“Perluasan ekspor terus kami lakukan mengingat potensi pasar yang besar untuk kami ambil alih,” ungkapnya. BOLT telah melakukan ekspor ke sembilan negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Brazil, Jerman, India, Malaysia, dan Filipina. Negara Jerman menjadi tujuan ekspor terbesar dengan kontribusi mencapai 50% dari total penjualan ekspor perusahaan.
Menghadapi Tantangan Fluktuasi Kurs Rupiah
Di tengah upaya memperkuat ekspor, BOLT juga harus mewaspadai fluktuasi pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS yang dapat mempengaruhi biaya impor bahan baku. BOLT masih bergantung pada bahan baku impor yang berasal dari Jepang, Korea Selatan, China, dan Taiwan untuk produksi fastener dan komponen.
Namun, manajemen BOLT memiliki kebijakan untuk menyesuaikan harga produk kepada pelanggan seiring dengan penguatan mata uang dolar AS, sehingga dampak fluktuasi kurs tidak terlalu mempengaruhi margin profitabilitas perusahaan.
Proyeksi Kinerja 2025 Masih Dalam Pertimbangan
Meski optimistis, manajemen BOLT masih belum dapat memproyeksikan kinerja keuangan untuk periode 2025. “Proyeksi kinerja tahun 2025 saat ini masih kami perhitungkan,” ujar Anthony. Hingga kuartal III-2024, BOLT mencatatkan penurunan penjualan sebesar 2,65% year on year (YoY) menjadi Rp 1,10 triliun, sementara laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berkurang 37,35% YoY menjadi Rp 66,07 miliar.
Meskipun demikian, BOLT tetap optimistis dapat meraih pertumbuhan positif pada 2025, seiring dengan terus berkembangnya ekspansi pasar ekspor dan strategi diversifikasi bisnis yang lebih luas. (Hky)