JagatBisnis.com – PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) tengah mempersiapkan ekspansi jangka panjang yang akan mengarah pada pengembangan bisnis berbasis transisi energi. Direktur Utama BIPI, Ray Anthony Gerungan, mengungkapkan bahwa rencana ekspansi ini akan mencakup empat segmen utama: energi dan infrastruktur, mid-stream industri, industri hilir, dan industri hijau bernilai tambah.
Dalam jangka pendek, BIPI akan fokus pada tiga proyek prioritas, yang pertama adalah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Ray menyebutkan bahwa perusahaan sedang mengikuti lelang untuk tiga proyek ini, dengan proyek PLTSa yang diperkirakan bernilai US$ 150 juta (sekitar Rp 2,3 triliun), dan lokasi proyek pertama yang sudah selesai studi kelayakannya berada di Pulau Jawa.
Proyek kedua adalah pembangunan mini LNG plant dengan kapasitas 10 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day) di Pulau Jawa. Proyek ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gas yang lebih murah dan lebih bersih dibandingkan diesel, terutama di sektor manufaktur. Investasi untuk proyek ini diperkirakan mencapai Rp 350 miliar, yang dananya akan didapatkan dari kombinasi pinjaman perbankan dan kas internal BIPI.
Proyek ketiga berkaitan dengan energi terbarukan (green sector), yang akan diumumkan lebih lanjut dalam beberapa minggu mendatang, menurut Ray.
Proyeksi Kinerja BIPI
BIPI, yang selama ini mengandalkan infrastruktur tambang dan produksi batubara sebagai sumber pendapatan utama, mengalami penurunan kinerja pada kuartal III-2024. Pendapatan perusahaan menurun 15,25% YoY menjadi US$ 418,06 juta, sedangkan laba bersihnya tergerus 89,71% YoY menjadi US$ 3,57 juta. Penurunan ini sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan harga batubara dan penurunan margin laba.
Secara operasional, penanganan logistik batubara mengalami penurunan tipis sebesar 0,56% YoY. Selain itu, produksi batubara dari Sakari Resources Limited juga menurun 13,90% YoY karena curah hujan yang tinggi.
Namun, Michael Wong, Direktur BIPI, optimistis bahwa kinerja keuangan BIPI akan membaik pada tahun 2025, dengan proyeksi kenaikan kinerja keuangan sebesar 10%-20%. Hal ini diperkirakan terjadi seiring dengan berkurangnya beban keuangan, berkat strategi refinancing yang telah dilaksanakan.
Saham BIPI tercatat mengalami kenaikan 1,10% pada 12 Desember 2024, meskipun secara year-to-date harga saham BIPI mengalami penurunan sekitar 12,38%. (Zan)