Harga Minyak Mentah Tertekan, Pasar Dihadapkan pada Berbagai Sentimen Negatif

Harga Minyak Mentah Tertekan, Pasar Dihadapkan pada Berbagai Sentimen Negatif. foto dok synergysolusi.com

JagatBisnis.com – Harga minyak mentah acuan kembali menunjukkan tren bearish, dipengaruhi oleh serangkaian faktor yang mempengaruhi pasar global. Ketidakpastian mengenai pemulihan ekonomi China, lesunya permintaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS), dan harapan tercapainya gencatan senjata di Gaza menjadi beberapa katalis yang membebani harga minyak dalam beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan data dari Trading Economics, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tercatat berada di US$ 68,60 per barel pada Kamis (5/12). Meski demikian, harga minyak dalam sepekan terakhir turun sebesar 0,5%, dan dalam sebulan terakhir mengalami pelemahan lebih dalam, yakni mencapai 4,33%.

Optimisme Ekonomi China Terkikis

Salah satu faktor utama yang menekan harga minyak adalah pesimisme terhadap pemulihan ekonomi China. Laporan dari surat kabar resmi pemerintah China, People’s Daily, mengungkapkan bahwa negara tersebut tidak terikat untuk mencapai tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tertentu. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi yang kurang dari 5% dianggap dapat diterima, dengan fokus ekonomi yang lebih mengarah pada peningkatan kualitas, bukan hanya kuantitas. Hal ini memicu kekhawatiran di pasar global, terutama bagi para pelaku industri minyak, karena China merupakan negara importir minyak terbesar di dunia. Ketidakpastian mengenai proyeksi ekonomi China ke depan membuat pasar semakin was-was terhadap potensi penurunan permintaan minyak.

Baca Juga :   Harga Minyak Mentah Cetak Rekor, Pemerintah Waspadai Lonjakan Konsumsi Pertalite

Gencatan Senjata Gaza: Harapan dan Ketidakpastian

Selain masalah ekonomi China, isu politik global turut memberikan dampak signifikan terhadap harga minyak. Upaya diplomatik yang dilakukan oleh Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, di Qatar dan Israel untuk mencapai gencatan senjata di Gaza semakin memperburuk ketidakpastian pasar. Meskipun ada harapan bahwa pertemuan antara negosiator Hamas dan pihak-pihak terkait dapat menghasilkan kesepakatan gencatan senjata, ketegangan yang berlangsung lebih lama dapat mempengaruhi pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah.

Baca Juga :   Harga Minyak Melonjak 9% di Tengah Ketegangan Timur Tengah

Data Stok Minyak AS: Penurunan yang Mengindikasikan Permintaan Lesu

Di sisi pasokan, laporan dari Badan Statistik Energi AS (EIA) menunjukkan adanya penurunan stok minyak mentah sebesar 5,07 juta barel pada pekan yang berakhir 29 November, melebihi prediksi awal yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 1 juta barel. Meskipun demikian, stok bensin justru mengalami lonjakan yang tak terduga sebesar 2,36 juta barel. Kenaikan stok bensin ini menunjukkan adanya permintaan yang lebih lemah, meskipun liburan perayaan hari Thanksgiving pada pekan tersebut biasanya mendorong konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi.

Baca Juga :   Harga Minyak Mentah Indonesia Turun ke USD 86,72 per Barel, Terendah dalam 7 Bulan

Proyeksi Harga Minyak: Menghadapi Resistance dan Support

Secara teknikal, harga minyak WTI diperkirakan akan menghadapi resistance terdekat di level US$ 71 per barel. Jika pasar terus menghadapi katalis negatif, harga minyak berpotensi turun hingga mencapai support terdekat di level US$ 66 per barel.

Secara keseluruhan, pasar minyak saat ini sedang berada di tengah ketidakpastian yang besar, dengan berbagai faktor makroekonomi dan geopolitik yang saling berinteraksi. Pasar akan terus memantau perkembangan-perkembangan tersebut untuk menentukan arah pergerakan harga minyak dalam waktu dekat. (Hky)