Tren Investasi PLTS Atap Meningkat, Kolaborasi Dibutuhkan untuk Capai Target EBT 2025

Tren Investasi PLTS Atap Meningkat, Kolaborasi Dibutuhkan untuk Capai Target EBT 2025. foto dok esdm.go.id

JagatBisnis.com – Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ditetapkan sebesar 23% pada 2025, pemanfaatan PLTS Atap menjadi fokus utama. Meskipun demikian, percepatan pengembangannya masih memerlukan kolaborasi yang lebih kuat antar sektor untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada.

Kolaborasi Antar Sektor untuk Transisi Energi

Direktur ATW Solar, Juan Davis, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan asosiasi untuk mempercepat adopsi energi surya di Indonesia. “Transisi menuju energi terbarukan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis (28/11). ATW Solar, sebagai perusahaan EPC Solar PV, berharap dapat terus berpartisipasi dalam membangun sinergi yang kuat guna mendukung percepatan penggunaan energi surya dan mencapai target bauran EBT yang ditetapkan pemerintah.

Untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan PLTS Atap, ATW Solar bekerja sama dengan Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) untuk menggelar Indonesia Solar Vision Forum 2024. Forum ini bertujuan untuk menjadi wadah edukasi dan diskusi antara pemerintah, pelaku industri, dan pemasok teknologi tenaga surya. Forum tersebut fokus pada berbagai aspek PLTS Atap, mulai dari regulasi, manfaat finansial, hingga dampaknya terhadap lingkungan.

Baca Juga :   PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) Dapatkan Fasilitas Kredit Rp 1,4 Triliun dari Bank Mandiri

Regulasi PLTS Atap Lebih Fleksibel

Dalam kesempatan tersebut, Muhamad Alhaqurahman Isa, perwakilan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), mengungkapkan bahwa regulasi PLTS Atap telah mengalami perubahan signifikan. Salah satu perubahan penting adalah sistem kuota yang kini lebih fleksibel. “Pemerintah tidak lagi membatasi kapasitas PLTS yang hendak dipasang selama ketersediaan kuota masih ada,” ujarnya, memberikan kemudahan bagi pelaku industri untuk mengembangkan PLTS Atap tanpa kekhawatiran akan batasan kuota yang ketat.

Tingginya Animo terhadap PLTS Atap

Baca Juga :   KAI Bidik 40 Stasiun Pasang PLTS

Tingginya animo terhadap pemanfaatan PLTS Atap tercermin dari serapan kuota yang sangat baik. Rahmi Handayani, VP Penjualan dan Pelayanan Pelanggan Retail PLN, mengungkapkan bahwa dari 900 Mega-watt kuota PLTS yang dibuka pada tahun 2024, hanya tersisa 85 Mega-watt pada akhir Juli, atau kurang dari 10% dari total kuota yang tersedia. Hal ini menandakan respons positif dari pelaku industri terhadap sistem terbaru PLTS Atap yang lebih fleksibel.

Mada Ayu Habsari, Ketua AESI, juga mengungkapkan bahwa inovasi dalam pembiayaan, seperti skema zero front-investment (tanpa investasi awal), menjadi salah satu pendorong utama adopsi PLTS Atap. Pendekatan ini memungkinkan pelaku industri untuk beralih ke energi surya tanpa harus menanggung biaya awal yang besar, sehingga semakin memperkuat kepercayaan sektor industri terhadap potensi PLTS Atap sebagai solusi energi jangka panjang.

Kuota PLTS Atap untuk 2024-2028

Baca Juga :   Bakrie & Brothers (BNBR) Siap Perkuat Lini Bisnis Energi Terbarukan dengan Proyek PLTS Terapung dan PLTB

Seperti yang diatur dalam Keputusan Dirjen Ketenagalistrikan Nomor 279.K/TL.03/DJL.2/2024, kuota PLTS Atap untuk periode 2024-2028 telah dibagi dalam 11 klaster daerah dengan peningkatan kuota setiap tahunnya. Pada tahun 2024, kuota PLTS Atap ditetapkan sebesar 901 MW. Kuota ini akan meningkat secara bertahap menjadi 1.004 MW pada tahun 2025, 1.065 MW pada tahun 2026, 1.183 MW pada tahun 2027, dan mencapai 1.593 MW pada tahun 2028.

Kesimpulan

Perkembangan pesat dalam adopsi PLTS Atap menunjukkan bahwa Indonesia semakin serius dalam mendorong transisi energi terbarukan. Namun, untuk mencapai target bauran EBT 23% pada 2025, penguatan kolaborasi antar sektor, dukungan kebijakan yang lebih fleksibel, serta inovasi dalam pembiayaan menjadi kunci utama untuk mempercepat pengembangan PLTS Atap. Pemerintah dan pelaku industri diharapkan terus bekerja bersama untuk mewujudkan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan. (Zan)