Ekbis  

Kemenangan Donald Trump Dinilai Berpotensi Mendorong Ekspor Nikel Indonesia, Namun Tantangan di Sektor Kendaraan Listrik Masih Ada

Kemenangan Donald Trump Dinilai Berpotensi Mendorong Ekspor Nikel Indonesia, Namun Tantangan di Sektor Kendaraan Listrik Masih Ada. foto dok indonesiana.id

JagatBisnis.com – Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2024 dipandang dapat mempengaruhi dinamika pasar produk olahan nikel Indonesia, meskipun beberapa tantangan, terutama terkait dengan industri kendaraan listrik (EV), masih perlu dihadapi.

Sikap anti-energi terbarukan yang selama ini dikenal dengan ketidakpercayaannya terhadap kendaraan listrik dan energi terbarukan dianggap bisa menjadi hambatan dalam penetrasi produk nikel Indonesia, khususnya yang digunakan untuk komponen baterai kendaraan listrik, ke pasar Amerika. Trump yang selama masa jabatannya cenderung mendukung industri berbasis fosil dan menentang kebijakan perubahan iklim global, diyakini akan mempertahankan kebijakan tersebut jika kembali terpilih. Hal ini berpotensi mengurangi permintaan terhadap nikel yang digunakan untuk baterai EV, di tengah upaya global untuk beralih ke energi bersih.

Namun, meskipun tantangan tersebut ada, Rizal Kasli, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), menilai bahwa kemenangan Trump dalam pemilihan ini tidak akan terlalu memengaruhi industri nikel Indonesia secara keseluruhan. Menurut Rizal, meskipun ada ketidakpastian terkait kebijakan Trump di sektor kendaraan listrik, sektor nikel Indonesia tetap memiliki peluang besar karena mayoritas negara importir nikel terbesar Indonesia adalah China, yang terus mengalami ekspansi permintaan untuk produk berbasis nikel, terutama untuk pembuatan baja nirkarat (stainless steel) dan baterai kendaraan listrik.

Baca Juga :   IONIQ 5 N, Mobil Listrik High-Performance Produksi Lokal Pertama di Indonesia Meluncur di GIIAS 2024 Jakarta, 17 Juli 2024

Kerja Sama Indonesia-AS Bisa Meningkat

Rizal juga menambahkan bahwa meskipun Trump memiliki kebijakan yang tidak begitu mendukung sektor kendaraan listrik, ada peluang bagi Indonesia-AS untuk meningkatkan kerja sama dalam rantai pasokan mineral kritis, terutama untuk mendukung kebutuhan industri di AS. “Tentu ke depan, diharapkan kerja sama Indonesia-AS akan meningkat, terutama dalam hal supply chain mineral kritis untuk mendukung kebutuhan industri di AS,” ujarnya dalam wawancara dengan Kontan, Kamis (14/11).

Permintaan Nikel Global Diperkirakan Terus Meningkat

Selain faktor kebijakan politik, proyeksi dari Bank Dunia menunjukkan bahwa permintaan global terhadap nikel diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan ekspansi industri baja nirkarat (stainless steel) dan produksi kendaraan listrik (EV). Pada 2025, nikel diprediksi akan menguat 3%, dan pada 2026 diperkirakan akan tumbuh 6%. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan yang pesat dalam permintaan stainless steel, di mana nikel menjadi komponen utama dalam produksinya, serta kebutuhan nikel dalam pembuatan baterai EV yang juga terus berkembang.

Baca Juga :   Harga Komoditas: Nikel Melesat 6 Persen, Batu Bara Melemah di Tengah Volatilitas Pasar

Indonesia, sebagai salah satu produsen terbesar nikel di dunia, tentunya akan mendapat manfaat dari pertumbuhan permintaan ini. Sebagai negara yang memiliki sumber daya nikel terbesar, Indonesia berpotensi memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan pasar global, baik untuk kebutuhan baja nirkarat maupun komponen baterai kendaraan listrik.

Harapan pada Kebijakan Ekspor yang Mendukung

Rizal juga berharap bahwa hambatan-hambatan ekspor yang mungkin muncul, terutama yang berkaitan dengan kebijakan atau regulasi yang menghambat ekspor Indonesia, tidak akan menghalangi Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitas produksi dan ekspor nikel. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah yang mendukung hilirisasi produk nikel di dalam negeri akan sangat penting untuk memperkuat posisi Indonesia dalam pasar global.

Baca Juga :   Peningkatan Drastis Impor Mobil Listrik BYD di Terminal IPCC

Kesimpulan: Potensi Pasar yang Terus Berkembang

Meskipun ada ketidakpastian terkait kebijakan Donald Trump yang cenderung anti terhadap sektor energi terbarukan, nikel Indonesia tetap memiliki potensi besar dalam pasar global. Permintaan untuk nikel diperkirakan akan terus meningkat, terutama dari sektor baja nirkarat dan kendaraan listrik. Indonesia sebagai produsen terbesar nikel di dunia diharapkan dapat memanfaatkan momentum pertumbuhan ini untuk meningkatkan kapasitas produksinya dan memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam pasar nikel global.

Dengan adanya kerja sama Indonesia-AS yang lebih erat dalam hal supply chain mineral kritis, diharapkan hambatan yang ada dapat diatasi, dan Indonesia bisa terus memperoleh manfaat dari kenaikan permintaan nikel global. (mhd)