Harga Komoditas: Nikel Melesat 6 Persen, Batu Bara Melemah di Tengah Volatilitas Pasar

JagatBisnis.com, Jakarta – Harga komoditas mengalami pergerakan signifikan dengan nikel mencatatkan kenaikan tajam sebesar 6 persen, sementara batu bara mengalami pelemahan di tengah volatilitas pasar global. Kenaikan harga nikel ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari industri baterai dan kendaraan listrik, yang terus menunjukkan pertumbuhan pesat.

Menurut data terbaru, harga nikel di pasar global melonjak 6 persen, mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh permintaan yang kuat dari sektor teknologi, terutama produsen baterai untuk kendaraan listrik. “Nikel adalah komponen kunci dalam produksi baterai lithium-ion, dan dengan meningkatnya produksi kendaraan listrik, permintaan terhadap nikel terus melonjak,” ujar Arif Setiawan, analis komoditas di Global Resources.

Baca Juga :   Praktik Mafia Tambang Masih Marak

Selain itu, adanya gangguan pasokan dari beberapa negara produsen juga turut mempengaruhi kenaikan harga nikel. “Gangguan logistik dan cuaca buruk di beberapa wilayah penambangan nikel telah mengurangi pasokan global, yang akhirnya mendorong harga naik,” tambah Setiawan.

Di sisi lain, harga batu bara mengalami penurunan signifikan di tengah sentimen negatif terkait permintaan yang melemah dan kebijakan energi global yang semakin ketat. Harga batu bara turun 4 persen akibat kekhawatiran tentang penurunan permintaan dari China dan negara-negara Eropa yang beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga :   Batu Bara Tak Dipakai untuk Listrik di 2060

Penurunan harga batu bara ini juga dipicu oleh peningkatan produksi energi terbarukan serta komitmen banyak negara untuk mengurangi emisi karbon. “Tren global menuju energi bersih semakin kuat, sehingga permintaan batu bara sebagai sumber energi konvensional terus menurun,” kata Mira Santoso, pakar energi di Green Future Institute.

Meski demikian, beberapa analis percaya bahwa harga batu bara mungkin masih akan berfluktuasi dalam jangka pendek, tergantung pada kondisi cuaca dan kebijakan energi di negara-negara utama. “Kita masih harus melihat bagaimana musim dingin di belahan bumi utara mempengaruhi permintaan energi, termasuk batu bara,” kata Santoso.

Baca Juga :   PLN Butuh 125 Juta Ton Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Tahun Ini

Dalam konteks ini, pelaku pasar diharapkan untuk terus memantau perkembangan global dan melakukan diversifikasi portofolio untuk mengelola risiko volatilitas harga komoditas. “Investor harus tetap waspada terhadap dinamika pasar yang cepat berubah, dan mempertimbangkan strategi investasi yang fleksibel untuk menghadapi fluktuasi harga komoditas,” tutup Setiawan.

Dengan perkembangan ini, nikel menjadi bintang terang di pasar komoditas, sementara batu bara menghadapi tantangan besar di era transisi energi. Para investor dan pelaku industri perlu terus memantau tren ini untuk mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola aset dan portofolio mereka.

(tia)