Ekbis  

Kebangkitan Grup Bakrie: Dari Masa Kejayaan ke Peluang di 2024

Kebangkitan Grup Bakrie: Dari Masa Kejayaan ke Peluang di 2024. foto dok bakrie-brothers.com

JagatBisnis.com – Grup Bakrie, yang pernah menjadi kekuatan dominan di pasar modal Indonesia, meraih puncak kejayaannya pada tahun 2007. Di tengah booming komoditas batubara, harga saham perusahaan-perusahaan afiliasi Grup Bakrie meroket, dan Aburizal Bakrie, putra pendiri Ahmad Bakrie, tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia menurut Forbes pada tahun tersebut.

Saham-saham Grup Bakrie, termasuk yang masuk dalam indeks LQ45, sangat diminati oleh investor domestik dan asing. Tingginya likuiditas membuat transaksi besar menjadi lebih mudah, dan banyak investor meraup keuntungan signifikan. Namun, semua itu berubah ketika krisis finansial global 2008, yang dipicu oleh subprime mortgage di AS, mengguncang pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot lebih dari 10%, mempengaruhi harga saham Grup Bakrie secara negatif.

Performa Positif di 2024

Setelah melewati masa sulit, emiten-emiten di bawah Grup Bakrie menunjukkan performa yang menggembirakan pada tahun 2024. Pada penutupan perdagangan Jumat (25/10), saham-saham seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melonjak hingga 105,88% secara year to date (ytd). Sementara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mencatat kenaikan masing-masing sebesar 65,88% dan 50% ytd.

Baca Juga :   Optimisme PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) untuk Kinerja Emas yang Lebih Tinggi di 2024

Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, menyampaikan bahwa BRMS kini terdaftar dalam indeks MSCI Indonesia small cap dengan bobot sekitar 3,06%, yang mencakup 52 konstituen mewakili sekitar 14% dari seluruh saham Indonesia.

Katalis Positif dan Ekspektasi Investor

Hendra Wardana, Founder Stocknow.id, menyoroti bahwa kenaikan saham Grup Bakrie didorong oleh faktor-faktor positif dari sektor dan kebijakan. Misalnya, BRMS diuntungkan oleh penguatan harga emas dan akuisisi lahan pertambangan. Ada pula rumor mengenai potensi masuknya saham-saham Grup Bakrie, seperti BUMI dan BRMS, ke dalam indeks LQ45 yang meningkatkan ekspektasi investor.

Baca Juga :   PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Optimistis Melampaui Target Produksi Emas 35.000 oz Tahun Ini.

Namun, tidak semua saham Grup Bakrie mencerminkan peningkatan performa yang signifikan. Meskipun BRMS melakukan ekspansi, realisasi pendapatannya belum sepenuhnya sesuai dengan valuasi pasar. Hal serupa juga dialami BUMI, yang masih menghadapi tantangan dalam kinerja keuangan akibat volatilitas harga batu bara.

Peluang dan Risiko bagi Investor

Situasi ini dapat dimanfaatkan oleh investor sebagai momentum jangka pendek, terutama bagi mereka yang memiliki profil risiko agresif. Namun, perlu diingat bahwa sentimen positif yang mendukung saham-saham Grup Bakrie sebagian besar berbasis spekulasi. Hendra mengingatkan agar investor mencermati rilis laporan keuangan terbaru untuk menilai kelanjutan performa masing-masing emiten.

Ia merekomendasikan untuk membeli saham BUMI, BRMS, dan ENRG pada target harga masing-masing Rp 160, Rp 380, dan Rp 310 per saham.

Baca Juga :   PT Bumi Resources Minerals Tbk Optimistis Produksi Emas Mencapai 50.000 Ons Troi di 2024

Sukarno Alatas, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, menambahkan bahwa penguatan saham Grup Bakrie dipengaruhi oleh masuknya BRMS ke dalam indeks MSCI small cap dan kenaikan harga komoditas. Meski kenaikan harga inline dengan kinerja fundamental, Sukarno memperingatkan investor untuk tetap berhati-hati, mengingat kenaikan yang signifikan.

Ia merekomendasikan untuk memantau saham ENRG dengan target harga Rp 284-Rp 296 per saham, sementara untuk saham lainnya disarankan untuk “wait and see.”

Kesimpulan

Grup Bakrie, meskipun pernah mengalami masa sulit, kini menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan performa positif di pasar saham. Dengan latar belakang kenaikan harga komoditas dan integrasi dalam indeks yang lebih luas, peluang bagi investor untuk meraih keuntungan ada, namun kehati-hatian tetap menjadi kunci dalam mengambil keputusan investasi. (Mhd)