JagatBisnis.com – Bank Syariah Indonesia (BSI) saat ini masih didominasi untuk nasabah dengan sistem penggajian atau payroll based. Karena itu, ke depan akan diupayakan untuk meningkatkan nasabah transaksional. Sehingga dapat menekan dana pihak ketiga yang drop saat akhir pekan.
“Memang jumlah customer payroll based cukup banyak, kami juga lebih dari dua juta kita punya customer yang base-nya payroll. Sekarang ini kita akan coba, itu nasabah-nasabah transaksional,” kata Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna dalam Media Briefing Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di, Jakarta Pusat pada Selasa (8/10).
Dia menjelaskan, saat ini alat digital BSI di pasar yang masih kuat didominasi oleh sistem pembayaran QRIS yang sudah ada di 392 ribu merchant. Sedangkan, mesin Electronic Data Capture (EDC BSI) di pasar hanya tersebar sebanyak 3.305 unit. Untuk meningkatkan nasabah transaksional, pihaknya akan terus menambah EDC yang ada.
“Kalau kita lihat tadi misalnya dari sisi digital tools kita yang sudah masuk ke market, itu yang paling kuat adalah baru QRIS. Tapi kemudian kita sekarang belum masuk ke misalnya siklus EDC-nya. Jadi kita sedang dorong, kita masih di bawah 5 ribu edisi kita total yang ada di lapangan,” ujar Anton.
Menurut Anton, pasar untuk nasabah transaksional sebenarnya sangat besar. Selama ini, banyak transaksi oleh pengusaha yang merupakan nasabahnya. Tapi tidak menggunakan alat atau metode pembayaran dari banknya. Sehingga dana pihak ketiga drop setiap akhir pekan. Nilainya
mendekati Rp1 triliun.
“Hal itu karena banyak nasabah kami yang melakukan transaksi, namun dana yang ditransaksikan masuk ke bank lain. Misalnya, nasabah kami berbelanja di suatu toko pakaian muslim yang menerima pembayaran dengan mesin EDC BRI, sehingga dana yang dibayarkan nasabah masuk ke rekening BRI milik toko pakaian muslim tersebut,” tutup Anton. (eva)