JagatBisnis.com – PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI), pemain utama dalam industri penunjang migas, baru saja merayakan kinerja luar biasa pada paruh pertama tahun 2024. Berdiri sejak September 2002, SUNI terus menanjak, mencapai rekor laba tertinggi dalam sejarah perusahaan. Fokus utama SUNI adalah dalam produksi dan distribusi seamless pipes atau Oil Country Tubular Goods (OCTG) tubing.
Kinerja Cemerlang dan Pencapaian Rekor
Pada semester I-2024, SUNI mencatat penjualan sebesar Rp 522,39 miliar, melonjak 98,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 263,24 miliar. Lonjakan top line ini berdampak signifikan pada bottom line, dengan laba bersih melonjak 178,65% menjadi Rp 124,17 miliar dari sebelumnya Rp 44,56 miliar.
Direktur Keuangan SUNI, Freddy Soejandy, menyebutkan bahwa pencapaian laba bersih ini melebihi target tahunan yang telah ditetapkan. Untuk tahun 2024, SUNI menargetkan penjualan sebesar Rp 923,6 miliar dan laba bersih Rp 109,3 miliar, mencerminkan pertumbuhan masing-masing sebesar 21,14% dan 8% dibandingkan tahun 2023.
Produk dan Layanan Unggulan
SUNI menyediakan berbagai produk dan layanan di industri migas, termasuk OCTG tubing dan casing, wellhead dan christmas tree, drill bit, serta berbagai layanan terkait. Performa bisnis SUNI didorong oleh anak usahanya, PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM), yang merupakan pionir manufaktur OCTG tubing di Indonesia dengan standar API-5CT dan telah mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Hingga Juni 2024, SUNI berhasil menjual 10.100 ton OCTG tubing, meningkat 65,1% dibandingkan tahun lalu, dan mencatatkan penjualan OCTG casing sebanyak 5.500 ton. Penjualan wellhead & christmas tree mencapai 27 unit pada periode yang sama.
Strategi dan Ekspansi Masa Depan
Direktur Utama SUNI, Willy Johan Chandra, menjelaskan bahwa pencapaian kinerja ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk mengejar potensi captive market Indonesia dalam produk seamless pipes. SUNI berhasil memenangkan tender signifikan dari PT Pertamina EP dengan total nilai US$ 5,4 juta, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada kinerja operasional dan keuangan tahun ini.
SUNI juga menargetkan ekspansi besar-besaran dengan membangun Plant II di Batam untuk meningkatkan kapasitas produksi OCTG tubing dari 25.000 – 30.000 ton menjadi 60.000 – 70.000 ton per tahun, dengan target operasional pada 2025. Selain itu, SUNI juga sedang menyelesaikan sertifikasi API/TKDN untuk produk wellhead dan christmas tree di PT Petro Synergy Manufacture (PSM).
Pergerakan Saham dan Prospek Investasi
Harga saham SUNI mengalami lonjakan signifikan sejak IPO pada Januari 2023, dengan kenaikan mencapai 140% dari harga IPO Rp 300 per saham, hingga mencapai level tertinggi Rp 825 per saham pada bulan lalu. Meski harga saham mengalami penurunan 1,37% menjadi Rp 720 pada Jumat (6/9), harga saham SUNI masih melonjak 80% year-to-date.
Dengan struktur kepemilikan yang solid, di mana Soe To Tie Lin memegang 64,60% saham, Willy Johan Chandra memiliki 11,40%, dan publik memegang 24%, SUNI menunjukkan potensi yang kuat dalam pertumbuhan dan ekspansi di masa depan.
Peluang dari Target 1 Juta Barel
SUNI juga memanfaatkan peluang dari target pemerintah Indonesia untuk mencapai produksi migas siap jual (lifting) sebesar 1 juta barel per hari pada tahun 2030. Dengan produksi saat ini sekitar 600.000 barel per hari, peningkatan aktivitas pengeboran diperkirakan akan meningkatkan permintaan terhadap produk-produk SUNI.
Sebagai satu-satunya produsen tubing di Indonesia yang memenuhi syarat TKDN, SUNI berada di posisi strategis untuk memanfaatkan peningkatan permintaan dan memenangkan lebih banyak tender dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Dengan berbagai langkah strategis dan ekspansi yang direncanakan, SUNI siap untuk terus melaju dan memperkuat posisinya di industri migas, menjadikannya sebagai salah satu pemain kunci dalam sektor logistik dan manufaktur migas di Indonesia. (Mhd)