JagatBisnis.com – Pada 19 Juli 2024, Microsoft, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, mengalami gangguan besar yang berdampak luas di seluruh dunia. Insiden ini menyebabkan jutaan perangkat Windows mengalami “Blue Screen of Death” (BSOD), mengakibatkan gangguan signifikan di berbagai sektor termasuk transportasi, keuangan, kesehatan, media, dan perbankan.
Indonesia tidak luput dari dampak besar tersebut. Gangguan ini mengungkapkan betapa besar ketergantungan negara ini pada teknologi asing, khususnya produk dari Microsoft. Berbagai sistem layanan pemerintahan dan platform publik di Indonesia mengalami lumpuh total, mempengaruhi operasional internal dan komunikasi antar pegawai pemerintah.
” Kami menyadari dampak signifikan yang ditimbulkan oleh gangguan ini terhadap operasional pemerintahan dan pelayanan publik. Kementerian pemerintah terkait sedang berupaya keras untuk mengatasi masalah ini,” ujar Dedy Permadi, juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), dalam konferensi pers pada Jumat, 23 Agustus 2024.
Sektor transportasi Indonesia juga mengalami dampak berat. Gangguan ini menyebabkan operasional pesawat dan kereta api terhambat, termasuk di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Prosedur check-in yang biasanya dilakukan secara online harus dilakukan manual, membuat banyak pelancong, baik bisnis maupun turis, terpaksa menunggu di bandara.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyarankan agar semua maskapai penerbangan memiliki sistem cadangan dan mendorong penggunaan sistem lokal untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. “Kami harus belajar dari insiden ini dan memastikan bahwa kita memiliki solusi alternatif untuk melindungi operasional vital di masa depan,” ujarnya.
Gangguan besar ini juga menjadi panggilan untuk Indonesia guna mendukung dan mengembangkan teknologi lokal. Wakil Ketua MPR, Fadel Muhammad, menekankan pentingnya kemandirian digital. “Kedaulatan digital Indonesia sangat penting. Pengembangan produk keamanan siber yang mandiri dan memenuhi standar nasional harus menjadi prioritas untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing,” katanya.
Dalam konteks ini, Indonesia sebagai negara besar di ASEAN didorong untuk aktif dalam kerja sama multilateral di bidang keamanan siber dan menangani tantangan keamanan yang semakin mendesak. Insiden ini berfungsi sebagai pengingat mendalam akan kebutuhan untuk meningkatkan keamanan data dan mengurangi risiko dari ketergantungan pada teknologi luar negeri.
Dengan kejadian ini, diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan momentum untuk memperkuat kapasitas teknologinya dan memajukan kemandirian dalam dunia digital. (Mhd)