JagatBisnis.com – Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, terjadi deflasi pada tiga bulan berturut-turut. Deflasi bisa menjadi sinyal bahaya, karena mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat. Hal itu tercermin juga pada penurunan pertumbuhan tahunan simpanan di bank dari 7,8 persen menjadi 4,1 persen untuk tabungan dibawah Rp100 juta.
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PKS Anis Byarwati mengatakan, turunnya daya beli masyarakat memengaruhi pendapatan negara, seperti penurunan PPN dan turunnya setoran pajak industri perdagangan. Karena penurunan daya beli bisa berimbas pada turunnya laba industri dan perusahaan. Sehingga negara juga ikut dirugikan.
“Bila daya beli masyarakat yang anjlog berkepanjangan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi terhambat. Sehingga kemiskinan akan semakin meningkat. Tentunya pemerintah harus aware dengan situasi ini. Jangan lengah dan menyangkal karena penurunan daya beli, angka PHK saja meningkat dan menurut data BPS jumlah pengangguran masih tercatat 7,2 juta jiwa,” ungkap Anis di Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Menurut Anis, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia masih salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Sementara angka PHK juga mengalami lonjakan di periode Januari-Juni 2024 mencapai 32.064 orang. Dari data Kemnaker, angka tersebut naik 21,4 persen dari periode yang sama tahun lalu. Artinya, kondisi perekonomian Indonesia melemah.
“Untuk itu, pemerintah diminta agar terus berupaya menjaga daya beli masyarakat dengan instrumen fiskal, terutama untuk masyarakat kelas menengah yang belum mendapat perlindungan sosial. Selain itu untuk meningkatkan daya beli, terutama dengan investasi, utamanya investasi yang berkualitas dan di sektor padat karya. Karena selama ini Indonesia belum mendapatkan banyak investasi yang berkualitas,” pungkas Wakil Ketua BAKN DPR RI ini. (eva)