Saat Lebaran Kelompok Makanan dan Minuman Deflasi, Tanda Konsumsi Lesu?

jagatbisnis.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada April 2024 sebesar 0,25% secara bulanan month on month (MoM), atau lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi inflasi pada Maret 2024 yang sebesar 0,52% MoM.

Sementara itu, secara tahunan terjadi inflasi 3,00% atau year on year (YoY).

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau April 2024 atau saat momentum Lebaran 2024, menyumbang andil deflasi sebesar 0,01%.

Ia menyebut, berbeda dengan bulan sebelumnya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau justru menjadi penyumbang andil inflasi terbesar.

Amalia menuturkan, alasan kelompok tersebut mengalami deflasi bukan karena konsumsi masyarakat yang mengalami penurunan. Melainkan menurunnya komoditas tersebut karena adanya pengendalian harga, serta dari sisi ketersediaan barang juga memadai.

Di samping itu, pengendalian harga dan ketersediaan komoditas makanan, minuman dan tembakau juga diupayakan agar bisa membantu meredam inflasi pada April 2024, karena pada bulan sebelumnya menjadi salah satu penyumbang terbesar inflasi.

“Inflasi kelompok ini relatif tinggi di Maret 2024. Sehingga memang ada pengendalian harga dan juga disisi supply mengalami perbaikan. Maka April 2024 terjadi deflasi beberapa komoditas pangan yang cukup dalam, dan ini merupakan komoditas yang membantu meredam inflasi di april 2024,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Kamis (2/5).

Adapun komoditas yang meredam inflasi bulan April 2024 di antaranya, cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing 0,14%, 0,12%, 0,06%, dan 0,04%.

Di samping itu, pada April 2024 juga bersamaan dengan masa panen raya yang memberikan dari sisi supply ketersediaan beras lebih besar, sehingga harga beras di pasar juga ikut menurun.

Amalia mencatat, beras mengalami deflasi sebesar 2,73%, dan memberikan andil deflasi sebesar 0,12%. Deflasi beras ini terjadi setelah selama  8 bulan berturut-turut atau sejak Agustus 2023 mengalami inflasi.

“Deflasi beras terjadi di 28 Provinsi, 1 Provinsi harga beras stabil, dan 9 Provinsi lainnya masih mengalami inflasi beras,” ungkapnya. (Hfz)

MIXADVERT JASAPRO