JagatBisnis.com – Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, alokasi impor tahun 2024 yang diusulkan adalah minimal volumenya sama dengan alokasi impor tahun 2023 ini. Adapun kuota impor gula industri 2023 sebanyak 3,61 juta ton. Impor itu dilakukan dalam bentuk gula kristal mentah yang kemudian diolah menjadi gula kristal rafinasi.
Dari total kuota impor tersebut (3,61 juta ton) setelah diolah menjadi gula rafinasi akan terjadi penyusutan menjadi 3,4 juta gula rafinasi. Alokasi itu sesuai dengan kebutuhan industri makanan dan minuman dalam negeri di tahun 2023.
Putu menegaskan tidak ada tambahan impor gula industri tahun ini. Sementara realisasinya sudah di atas 90 persen.
“Sampai sekarang, Oktober lalu 95,02 persen, itu sudah sampai di Indonesia dan sampai akhir tahun ini semua sudah bisa direalisasi,” kata Putu.
Terpisah, Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Edy Putra Irawady menjelaskan usulan 3,61 juta ton itu didasari beberapa perhitungan, seperti stok saat ini yang masih cukup untuk kebutuhan 2-3 bulan ke depan.
Kedua adalah kebutuhan gula impor untuk mendorong proyeksi pertumbuhan industri makanan dan minuman 5-6 persen di tahun 2024. Meski begitu, angka 3,61 juta ton ini belum jadi keputusan.
“Tapi kan kita ada stok, masih. Ngapain kita pakai itu, karena kalau kita pakai itu maka harga gula akan terangsang untuk naik lagi,” kata Edy.
Dikhawatirkan Indonesia yang terlalu konsumtif mengimpor gula industri akan memantik kenaikan harga gula di pasar global.
“Sedangkan sumber kita yang paling banyak itu cuma Brasil, kan kita juga jadinya harus jaga keseimbangan, jangan sampai ini menggoda kenaikan harga,” pungkasnya. (tia)