Cabai Rawit Merah Meroket, Bapanas Bawa 2,4 Ton dari Sulsel ke Jakarta

JagatBisnis.com –  Harga cabai rawit merah (CRM) di sejumlah daerah di Indonesia meroket hingga tembus Rp 100.000 per kilogram. Merespons hal ini, Badan Pangan Nasional (Bapnas) melakukan intervensi dengan menerbangkan sebanyak 2,4 ton CRM dari Sulawesi Selatan ke Jakarta.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, langkah ini bertujuan untuk memenuhi dan mempertahankan pasokan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Ia berharap intervensi ini dapat mengendalikan harga cabai di wilayah tujuan.

“Harga komoditas cabai yang mengalami kenaikan ini kita tekan dengan memfasilitasi pengangkutannya dari daerah-daerah yang masih berproduksi dan harganya relatif lebih rendah,” ungkap Arief dalam keterangannya, Selasa (7/11).

Arief menyebut langkah ini dilakukan setelah pihaknya mengidentifikasi sentra cabai di luar Jawa seperti di Sulsel yang siap memasok ke wilayah lain.

Baca Juga :   Kasus COVID-19 di Jakarta Mulai Datar

Intervensi sebanyak 2,4 Ton atau 80 coly CRM dikirim dari petani CRM Sulawesi Selatan ke Jakarta ini merupakan langkah awal intervensi yang dilakukan Bapanas.

Arief menyebut pengangkutannya dilakukan pada Minggu (5/11) dan difasilitasi logistiknya secara langsung oleh Bapanas.

Sebanyak 2,4 ton CRM ini kemudian dipasok ke lima pasar tradisional atau pengecer, meliputi Pasar Inpres Senen sebanyak 1 ton, Pasar Serdang 300 kg, Pasar Jembatan Lima 500 kg, Pasar Kemayoran, 300 kg dan Pasar Cipete sebanyak 300 kg.

Arief menyebut pihaknya berkomitmen selanjutnya Badan Pangan Nasional akan terus memasok CRM ke pasar-pasar turunan sampai harga kembali normal.

Berdasarkan informasi yang dikantongi Bapanas dari pedagang di Pasar Induk Kramat Jati Sabtu (4/11) harga cabai rawit merah rata-rata Rp 70.000 per kg, sedangkan harga di pasar tradisional atau pengecer sekitar Rp 80.000 hingga Rp 90.000 per kg.

Baca Juga :   Kriminalitas di DKI Melonjak Selama Pandemi

Bahkan di sejumlah daerah sudah tembus lebih dari Rp 100.000 per kilogram (kg). Menurut Arief, hal ini dikarenakan saat ini produksi semua jenis cabai memang tengah mengalami penurunan akibat El Nino dan saat ini belum memasuki panen raya.

“Para kepala daerah untuk saling membangun kerja sama antar daerah (KAD) sehingga cabai di wilayah sentra produksi dan harganya stabil dapat mendistribusikan cabai ke daerah defisit atau daerah dengan harga cabai yang tinggi,” ujar Arief.

Hal ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta agar terbangun konektivitas yang membuat produksi pangan di daerah surplus terdistribusi ke daerah defisit secara merata untuk menjaga kestabilan harga.

Baca Juga :   Tilang Manual Dihapus, Ruas Jalan di Jakarta akan Terpasang Kamera ETLE

Berdasarkan data Panel Harga Pangan Bapanas pukul 16.02 pada Selasa (7/11), harga rata-rata nasional CRM di tingkat produsen sebesar Rp 54.720 per kg, berada di atas Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) sebesar Rp 25.00 per kg hingga Rp 31.500 per kg.

Harga terendah Rp 35.000 per kg di Nusa Tenggara Timur dan harga tertinggi Rp 66.630 per kg di Sulawesi Utara.

Sedangkan di tingkat pedagang eceran harga rata-rata nasional CRM Rp 70.670 per kg, lebih tinggi dibandingkan HAP Rp40.000 per kg hingga Rp57.000 per kg.

Adapun harga terendah Rp 46.470 /kg di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan harga tertinggi Rp 98.820 di Kepulauan Bangka Belitung.

(tia)

MIXADVERT JASAPRO