Warga di Kelurahan Terong Bantul Masih Kekurangan Air Bersih

Ilustrasi Kekeringan Foto: Tribunnews.com

JagatBisnis.com –   Musim kemarau semakin terasa dan menyebabkan fenomena kekeringan terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Bantul, salah satunya Kalurahan Terong, Kapanewon Dlingo.

Sebanyak 110 Kepala Keluarga itu terdampak dan kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka harus benar-benar menghemat penggunaan air, termasuk untuk mandi dan minum. Bahkan sejak awal Juli lalu masyarakat membutuhkan bantuan air bersih karena dampak musim kemarau panjang tahun 2023 itu.

Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, DIY, Antoni Hutagaol menyatakan butuh solusi jangka panjang untuk menangani kekeringan di wilayahnya.

Ia tak menepis kekeringan telah dirasakan warga Bantul sejak 6 Juli hingga 3 September 2023 dan saat ini menyusul adanya peningkatan permintaan droping air.

“Selama ini tidak ada permintaan distribusi air, dan tahun ini terjadi sesuai ramalan BMKG kekeringan yang panjang. Jadi tahun ini lebih banyak (yang terdampak) di Dlingo, Terong dan Jatimulyo,” kata Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan BPBD, Kabupaten Bantul, DIY, Antony Hutagaol, Senin (11/9/2023).

Baca Juga :   Wilayah Indonesia Sudah 75,51 Persen Alami Kemarau

Sejauh ini, BPBD sendiri telah mencatat sampai 4 September sebanyak 960 ribu liter air sudah didistribusikan ke masyarakat di 16 dusun, 12 desa, dan 7 kecamatan.

Jika dirinci, Antoni menyebut bantuan air bersih itu telah disistribusikan kepada 1.913 KK dengan jumlah 7.774 jiwa yang tersebar di 7 kecamatan yang terdampak kekeringan di Kabupaten Bantul yakni Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pleret, Pajangan, Piyungan, Pundong.

Sementara kecamatan Dlingo disebut yang mendapatkan pasokan air paling banyak.

“Kalau dari infografis yang paling parah dan membutuhkan banyak air di terong dan Jatimulyo sama Bangunjiwo, tiga itu yang mendominasi teratas. Bangunjiwo di kecamatan Kasihan, Terong sama Jatimulyo Kecamatan Dlingo,” ujarnya.

“Kita mendrop air itu berdasarkan permohonan mereka. Dari awal kita lihat berapa jiwa sehingga nanti harapannya nanti kita bisa perkirakan, nek satu orang kan bisa 20 liter kebutuhannya, nanti bisa kita perkirakan dropping untuk mengisi air itu, disamping dari BPBD terus ada juga dari PMI dan Kagama,” lanjut dia.

Baca Juga :   Wilayah Indonesia Sudah 75,51 Persen Alami Kemarau

Meski belum mencover semua kebutuhan akan air, Antoni berharap bantuan air bersih yang didistribusikan kepada masyarakat tersebut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sesuai kebutuhan bersama.

Ia juga menegaskan agar tidak ada masyarakat yang menimbun air bersih untuk keperluannya sendiri.

“Saat ini anggaran yang kita anggarkan sebanyak 382 tangki. Sekarang baru 79 tangki berarti baru sekitar 20 persen kita keluarkan dari APBD,” imbuhnya.

Salah satu warga Padukuhan Pencitrejo, Zainal Arifin mengaku cukup terbantu adanya dropping air bersih itu.

Meski begitu, distribusi air itu belum mencukupi kebutuhan masyarakat di Padukuhan Pencitrejo lantaran distribusi air itu tidak setiap hari. Sementara idealnya kebutuhan air di wilayahnya itu diperkirakan mencapai 10 tangki setiap harinya.

Baca Juga :   Wilayah Indonesia Sudah 75,51 Persen Alami Kemarau

Selama dua bulan ini, pihaknya terus mengajukan permohonan bantuan air bersih ke BPBD Bantul termasuk instansi terkait, agar mendapatkan distribusi air.

“Sebenarnya kurang tapi dicukup-cukupkan. Prioritas nya untuk air minum,” kata Zainal.
Hal senada juga disampaikan warga Padukuhan Pencitrejo RT 2, Yeni Maryono dimana selama kekeringan ini harus menghemat air mengingat sedikitnya ketersediaan air.

Dirinya mengaku harus mencari tambahan air untuk mencukupi kebutuhan utama termasuk kebutuhan untuk usaha angkringan nya itu.

“Airnya sampai habis, mau buat gorengan aja susah airnya. Harapannya lancar (ada dropping air setiap hari), kita kan yang paling utama air, air buat semua. Minum, mandi, nyuci kita jauh harus ke bilik sana,” tandasnya. (tia)

MIXADVERT JASAPRO