Pemberian Gelar Haji Dan Hajjah Bentuk Kekhawatiran Pemerintah Hindia Belanda

JagatBisnis.com –  Bagi umat muslim mengadakan perjalanan suci ke Mekkah adalah impian semuanya dari zaman dahulu hingga sekarang bahkan dari Pemerintahan Hindia Belanda hingga jaman setelah kemerdekaan.

Haji dan hajjah adalah gelar yang biasanya dipakai muslim Indonesia usai menunaikan rukun Islam kelima. Bagaimana pandangan Islam dan sejarahnya?
Filolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Oman Fathurahman berpendapat, tradisi pemberian gelar haji tersebut sah-sah saja. Utamanya, gelar tersebut sudah menjadi tradisi turun menurun dan memiliki sejarah yang panjang bagi masyarakat muslim Indonesia.

“Salah satu alasannya adalah sejak masa silam, perjalanan menuju Tanah Suci bagi orang Nusantara adalah perjuangan berat tersendiri, harus mengarungi lautan, menerjang badai berbulan-bulan, menghindari perompak, hingga menjelajah gurun pasir,” terang dia, dikutip dari laman Kemenag, Senin (3/7/2023).

Meski demikian, Pengendali Teknis Ibadah Haji Kemenag 2019 ini mengatakan, pemberian gelar haji di depan nama sebaiknya tidak lantas melunturkan keikhlasan muslim dalam berhaji. Sebab, menurut Oman, salah satu ciri haji mabrur adalah keikhlasan.

Baca Juga :   Jemaah Haji Indonesia Jangan Selfie Berlebihan di Masjidil Haram

“Salah satu ciri haji mabrur adalah menjadi orang yang ikhlas dan muhsin (berbuat baik) sepanjang masa, selalu menebar kedamaian, baik ketika maupun usai menunaikan ibadah haji,” tutur dia.

Haji mabrur adalah impian bagi para jemaah haji yang berhasil menuntaskan ibadahnya. Ditambah lagi, orang yang hajinya mabrur diberi dan dijamin ganjaran yang besar. Rasulullah SAW menuturkan,

الحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Artinya: “Haji yang mabrur tidak ada ganjarannya kecuali surga.” (HR Bukhari & Muslim)

Muhadir bin Haji Joll As-Sanariy dalam kitab Misbahud Duja Syarah Safinah An-Naja berpendapat, orang yang hajinya mabrur memiliki ciri yang bisa dilihat dari perbuatan orang tersebut. Mabrur ketika ia lebih baik daripada sebelumnya dan tidak melakukan perkara yang buruk.

Baca Juga :   Terminal ke Masjidil Haram Ditutup Lebih Cepat karena Membludaknya Jemaah Haji

Ditambah lagi, sejarawan Asep Kambali mengatakan, gelar formal tersebut diciptakan pada masa penjajahan Belanda. Bukan termasuk tuntunan dari Rasulullah SAW maupun sahabatnya.

“Sebenarnya gelar ini pemberian Belanda. Bukan pemberian Ka’bah, bukan Tuhan, bukan pula Nabi Muhammad. Nabi SAW dan sahabat menunaikan haji dan tidak menggunakan gelar,” ujar Asep

Gelar haji yang biasa digunakan masyarakat muslim pada kenyataannya merupakan warisan kolonialisme Belanda. Berdasarkan penuturan Asep, gelar haji pertama kali diterapkan pada 1916.

Pemberian gelar tersebut lahir dari kekhawatiran Belanda terhadap paham Pan-Islamisme. Paham ini dianggap biang kerok kerusuhan, keributan, dan semangat melakukan perlawanan pada penjajah Belanda.

“Pemerintah kolonial beranggapan, para jamaah haji terekspos paham yang dicetuskan Jamaluddin Al-Afghani tersebut saat berada di Makkah. Di zaman tersebut, pelaksanaan haji termasuk menuntut ilmu dengan total durasi 4 bulan,” jelas Asep.

Baca Juga :   Jemaah Kloter Pertama Akan Tiba di Saudi pada 23 Mei

Belum lagi, kata Asep, orang yang sudah menunaikan haji dianggap orang suci dan didengarkan masyarakat umum. Belanda khawatir mereka membawa pengaruh perlawanan bagi masyarakat lainnya

Antropolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dadi Darmadi menambahkan, pemerintah kolonial Belanda berusaha untuk membatasi jemaah haji salah satunya dengan membuka Konsulat Jenderal pertama di Arabia pada 1872. Tugasnya mencatat pergerakan jamaah dari Hindia Belanda dan mengharuskan mereka memakai gelar dan atribut pakaian haji agar mudah dikenali dan diawasi.

Lebih lanjut, Dadi menambahkan, tradisi pemberian gelar haji di depan nama tidak hanya ada di Indonesia. Di dunia Islam Melayu bagian lain juga begitu, baik Malaysia, Singapura, Brunei, dan bahkan Thailand Selatan.

“Tradisi di Mesir Utara bahkan bukan hanya memberi gelar haji, tapi juga melukis rumahnya dengan gambar Ka’bah dan moda transportasi yang digunakan ke Makkah,” jelasnya. (den)

MIXADVERT JASAPRO