JagatBisnis.com – CSM( 53), seseorang guru ngaji di Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, makan belasan anak didiknya. Salah satu korban apalagi sudah disetubuhi.
Dikala ini CSM sudah sukses dibekuk. Ia juga wajib mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan cara hukum. Mungkinkah ia diberi ganjaran bonus berbentuk kebiri?
Ahli hukum kejahatan UGM, Meter Fatahillah Akbar, berkata Beskal Penggugat Biasa( JPU) membolehkan buat menuntut ganjaran bonus kebiri sebab korban lebih dari satu. Tetapi, Akbar membagikan memo.
” Penuhi ketentuan namun dalam perihal ini sudah banyak tetapan kebiri( oleh juri) tetapi tidak dapat dilaksanakan,” tutur Akbar, Kamis( 4/ 5).
Ganjaran kebiri ini sedang jadi kontroversi hingga dikala ini. Walaupun sudah terdapat tetapan majelis hukum, dokter sedang sungkan melakukan kebiri.
” Sebab hingga dengan saat ini IDI( Jalinan Dokter Indonesia) belum berkenan buat melakukan( kebiri), dokter- dokter yang di aspek itu,” ucapnya.
Dipaparkan Akbar dalam Peraturan Penguasa( PP) No 70 Tahun 2020 mengenai Aturan Metode Penerapan Aksi Kebiri Kimia, Pemasangan Perlengkapan Pendeteksi Elektronik, Rehabilitasi, dan Pemberitahuan Bukti diri Pelaku Kekerasan Seksual kepada Anak, ganjaran kebiri tidak dapat dan merta dijalani.
” Itu eksekusinya( kebiri) wajib sehabis ia menempuh ganjaran. Dalam demikian durasi. Namun hingga dengan dikala ini aku rasa belum terdapat dokter yang berkenan buat melakukan, sebab itu wajib dilaksanakan serupa dokter,” ucapnya.
” Nah bersumber pada PP itu ia wajib melampaui assesment terstruktur. Dan itu juga dimungkinkan tidak dilaksanakan kala assesment melaporkan susah,” tuturnya.
Akbar pula belum dapat memperhitungkan dampak kapok dari ganjaran kebiri ini sepanjang apa.
” Nah itu sesungguhnya jika memandang dari kemajuan ini sesungguhnya buat menyembuhkan kan kebirinya kebiri kimiawi disuntik buat menyembuhkan dan kurangi. Ini bukan dampak kapok tetapi lebih ke rehabilitasi jika efisien ataupun tidak bagi aku itu wajib kedokteran yang memperhitungkan,” ucapnya.
(tia)
