Tupperware Diambang Kebangkrutan

JagatBisnis.com – Siapa yang tidak mengenal produk ini sebagai perusahaan di bidang wadah plastik untuk makanan maupun minuman, namanya sudah tidak diragukan lagi seluruh orang yang memakai produk ini bangga dengan model yang selalu terbarukan walaupun di banderol dengan harga yang mahal namun keinginan orang untuk memiliki produk ini sangat tinggi.

Perusahaan wadah makanan plastik asal Amerika Serikat (AS) yang juga menguasai pasar Indonesia, Tupperware, terancam bangkrut karena penjualannya terus merosot, terutama setelah pandemi COVID-19.

Dalam rilis resminya, Tupperware mengumumkan telah melibatkan penasihat keuangan untuk membantu memperbaiki struktur permodalan dan likuiditas, dengan mencari pembiayaan tambahan, meninjau ulang portofolio real estate, optimalisasi pemasaran, hingga berpotensi melakukan PHK.

Baca Juga :   Tupperware Gourmet Servers Jadikan Makanan Lebih Hangat Dan Cantik Ketika Disajikan

“Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami,” kata Presiden dan Kepala Eksekutif Tupperware Brands, Miguel Fernandez,

Berdasarkan laporan keuangan Tupperware sepanjang tahun 2022, penjualan bersih perusahaan turun 18 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi USD 1,30 miliar. Perusahaan pun mencatatkan kerugian operasional sebesar USD 28,4 juta.

Dikutip dari The Guardian, Tupperware sempat mengalami ledakan permintaan selama pandemi COVID-19. Namun, sahamnya malah turun 95 persen dalam 1 tahun terakhir karena berjuang menyamai pesaing yang lebih inovatif mempromosikan produk di TikTok dan Instagram.

Analis ritel dan direktur pelaksana GlobalData Retail, Neil Saunders, mengatakan Tupperware mengalami penurunan tajam dari jumlah penjual, penurunan konsumen setelah pandemi, dan dinilai masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen anak muda.

Baca Juga :   Menggandeng Anne Avantie, Tupperware Hadirkan rangkaian Produk Edisi Terbatas, Sebuah Maha Karya keindahan, Sekar Jagad Collection

Perusahaan yang didirikan ahli kimia Earl Tupper pada tahun 1946 ini mengandalkan pemasaran langsung ke konsumen. Model bisnis perusahaan sangat bergantung pada pemasaran berjenjang atau dikenal dengan MLM (multi-level marketing).

Berdasarkan analisis Seeking Alpha, pendekatan Tupperware melalui MLM adalah model bisnis yang sangat terbatas dalam jangka panjang. Meskipun menghasilkan penjualan yang kuat dan berulang, masih ada kekurangan besar termasuk harga yang terlalu mahal dibandingkan produk pesaing, serta eksposur yang kurang.

Terlebih saat ini, penjualan online atau e-commerce memungkinkan konsumen untuk mengakses lebih banyak produk berkualitas, bahkan dengan harga lebih rendah dengan kenyamanan yang lebih besar. Dengan begitu, industri MLM menghadapi tantangan besar untuk bisa tumbuh.

Baca Juga :   Peduli COVID-19, Tupperware Ajak Masyarakat Lakukan Donor Plasma Konvalesen untuk Membantu Sesama

Berdasarkan analisis Seeking Alpha, pendekatan Tupperware melalui MLM adalah model bisnis yang sangat terbatas dalam jangka panjang. Meskipun menghasilkan penjualan yang kuat dan berulang, masih ada kekurangan besar termasuk harga yang terlalu mahal dibandingkan produk pesaing, serta eksposur yang kurang.

Terlebih saat ini, penjualan online atau e-commerce memungkinkan konsumen untuk mengakses lebih banyak produk berkualitas, bahkan dengan harga lebih rendah dengan kenyamanan yang lebih besar. Dengan begitu, industri MLM menghadapi tantangan besar untuk bisa tumbuh. (den)

MIXADVERT JASAPRO