Tak Sanggup Bayar Hutang, Negara Sri Lanka Akhirnya Bangkrut

JagatBisnis.com – Sri Lanka benar-benar jadi negara bangkrut karena krisis dan gagal membayar utang 51 Miliar dolar AS atau setara Rp732 triliun.

Hal ini terjadi setelah negara tersebut tengah dilanda krisis ekonomi akibat COVID-19 yang berlarut-larut. Banyak warga yang kini harus mengalami kelaparan karena tak ada bahan makanan.

Ini merupakan krisis terburuk sejak negara itu merdeka 1948 silam.

Kekurangan makanan dan bahan bakar yang akut, serta pemadaman listrik setiap hari yang panjang, membawa penderitaan yang meluas ke 22 juta orang di Sri Lanka.

Para pengunjuk rasa telah berunjuk rasa setiap hari melawan Presiden Gotabaya Rajapaksa, adik Mahinda, di Colombo dan di tempat-tempat lain.

Baca Juga :   Ribuan Massa Duduki Istana Presiden Sri Lanka

Tekanan pada keluarga Rajapaksa yang berkuasa telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, komunitas bisnis penting negara itu mulai menarik dukungan untuk mereka.

Bahkan 26 menteri kompak mundur setelah krisis semakin dalam.

“Pemerintah mengambil tindakan darurat hanya sebagai upaya terakhir untuk mencegah penurunan lebih lanjut terkait kondisi keuangan,” bunyi pernyataan kementerian Keuangan Sri Lanka dikutip dari NDTV, Rabu (13/4/2022)

Melansir dari Aljazeera, Kamis (14/4/2022), sebelumnya Presiden Sri Lanka pernah meminta kepada ekspatriat negara itu untuk mengirim uang ke ‘kampung halaman’ karena negara tersebut tengah berjuang dengan krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Baca Juga :   Krisis Sri Lanka, Serangan Pembakaran Kian Menyebar

Hal ini disampaikan oleh Presiden Gotabhaya Rajapaksa. Ia mengatakan orang-orang Sri Lanka di luar negeri yang mengirim mata uang asing pulang adalah sumber daya utama.

“Saya mengundang semua ekspatriat Sri Lanka untuk berinvestasi di Tanah Air mereka,” katanya dalam sebuah pidato saat upacara memperingati Hari Kemerdekaan Sri Lanka sebagaimana dikutip dari Aljazeera.

Data menunjukkan bahwa penerimaan uang dari luar negeri sebagai salah satu penghasil devisa utama negara telah turun hampir 60 persen menjadi US$ 812 juta pada Desember dari tahun sebelumnya.

Baca Juga :   Massa Akan Duduki Rumah Presiden Sri Lanka hingga Resmi Tumbang

Sepanjang tahun, penerimaan uang turun sebanyak 22% menjadi US$ 5,4 miliar. Penurunan terjadi setelah pemerintah memerintahkan konversi wajib mata uang asing dan kontrol nilai tukar.

Pemerintah Sri Lanka sedang mempersiapkan negosiasi bailout dengan Dana Moneter Internasional (IMF) pekan ini.

Sri Lanka mengharapkan 3 miliar dolar AS dari IMF untuk mendukung neraca pembayaran pulau itu dalam tiga tahun ke depan. (pia)

MIXADVERT JASAPRO