Menteri ESDM: 2027, Indonesia Harus Berhenti Impor BBM

JagatBisnis.com – Ketergantungan Indonesia pada produk impor harus bisa dihentikan. Tak terkecuali dengan impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Makanya, Indonesia berencana menghentikan impor BBM pada 2027 mendatang. Karena hingga saat ini Indonesia masih menjadi pengimpor BBM karena konsumsi BBM lebih tinggi dari kapasitas produksinya.

Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, untuk menurunkan impor BBM, pemerintah telah merencanakan beberapa strategi, antara lain penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai dan penggunaan biodiesel yang terus dipertahankan serta ditingkatkan. Karena dengan berbagai kebijakan tersebut diharapkan pada tahun 2027, Indonesia tidak lagi impor BBM.

“Sehingga kita dapat menghemat devisa. Selain itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit melalui program mandatori bahan bakar nabati (BBN) dalam negeri dengan mengoptimalkan kesejahteraan petani,” kata Arifin dalam Webinar “Menjaga Keberlanjutan Mandatori Biodiesel: Indonesia Menuju B40″, Selasa (30/11/2021).

Baca Juga :   Program B30 Mampu Menghemat Devisa Negara Rp64 Triliun

Menurut Arifin, implementasi biodiesel telah berjalan dengan sukses selama 15 tahun dan menjadikan Indonesia pelopor dalam pemanfaatan biodiesel. Bahkan, saat ini pemerintah telah menerapkan kebijakan mandatory B30 dan akan terus meningkat ke depannya. Selain itu, pemerintah juga berhasil melakukan uji coba terbang pesawat CN235-220 dari Bandung ke Jakarta menggunakan bahan bakar nabati bioavtur 2,4 persen.

“Hasilnya cukup memuaskan sehingga kami harus bisa meningkatkan. Jadi ada sektor baru yang akan kami kembangkan dengan memanfaatkan keunggulan alam kita apakah bioavtur akan bisa masuk pasar internasional,” ungkapnya.

Baca Juga :   Mulai 1 Februari, Ekspor Batu Bara Dibuka Lagi

Apalagi saat ini, lanjut dia, pihaknya bersama pihak terkait tengah menyusun rencana strategi pengembangan B40 dengan menerapkan bahan bakar hijau. Adapun beberapa strategi yang dilakukan untuk mencapai pengembangan B40, antara lain pengembangan green diesel melalui co-processing di kilang milik Pertamina yang diperkirakan masuk pada tahun 2022. Lalu, dari Kilang Cilacap mulai dipasok pada 2023, dan Kilang Plaju pada 2024.

“Berbeda dari produksi diesel berbasis minyak fosil, green diesel ini diolah dengan basis minyak kelapa sawit (CPO) atau turunannya seperti Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO),” ujarnya.

Baca Juga :   Krisis Batu Bara, PLN Dipastikan Tak Hambat EBT

Dia berharap, mandatori BBN ini dapat berdampak signifikan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen di 2030. Selain itu, juga meningkatkan kemandirian energi, mengurangi konsumsi dan impor BBM, hingga memperbaiki defisit neraca perdagangan.

“Bahkan, impor Solar turun secara drastis pada 2021 dengan nilai pemanfaatan mencapai Rp53 triliun yang berasal dari penghematan devisa dan nilai tambah sawit menjadi biodiesel. Tenaga kerja yang terserap dari industri ini mencapai 900 ribu orang. Sehingga pemerintah dapat melakukan pengembangan bensin sawit rakyat yang melibatkan petani kecil dan koperasi,” tutup Arifin. (eva)

MIXADVERT JASAPRO