Ada Permainan Kartel di Balik Harga Daging Sapi Mahal

JagatBisnis.com – Masalah kenaikan harga pangan kembali terjadi pada komoditas daging sapi di Indonesia. Kenaikan harga daging sapi yang terus terjadi setiap tahunnya itu dituding karena adanya ulah spekulan atau kartel. Selain itu, adanya koordinasi yang disengaja dalam sejumlah titik distribusi daging sapi impor. Sehingga membuat harga daging sapi di pasar terus menerus tinggi. Koordinasi disengaja ini, dilakukan oleh sejumlah pelaku pasar.

Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso mengungkapkan, info dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) kenaikan harga daging hingga 35 persen per kilogram (kg) karena meningkatnya harga dari negara importir, Australia. Kenaikan itu terjadi karena di Australia sedang melakukan regenerasi sapi sehingga stok memang melandai.

“Padahal alasan pembatasan daging suplai dari salah satu negara itu tidak benar. Jadi itu hanya akal-akalan supaya ada kenaikan yang nanti jadi pembenaran. Sehingga dipatok harga daging yang tadinya Rp120 ribu per kg, sudah mahal itu tidak bisa turun malah dinaikkan jadi Rp130 ribu per kg. Maka, untuk ke depannya harga itu dianggap harga normal,” kata Budi dalam konferensi pers, Rabu di Jakarta, (3/2/2021).

Baca Juga :   Bulog Hadirkan Gula ManisKita, Harganya Rp12 Ribuan per Kg

Melihat hal itu, Budi berharap kedatangan daging kerbau impor nantinya bisa menekan harga daging sapi tersebut. Karena konsumen konsumen Indonesia sudah mulai terbiasa dengan konsumsi daging kerbau, sebagai alternatif daging sapi.

Baca Juga :   Stok Masih Cukup, Melani Minta Pemerintah Pikirkan Nasib Petani Indonesia dan Tidak Impor Beras

“Masyarakat Indonesia sudah familiar dengan daging kerbau. Walaupun dulunya sulit untuk konsumsi karena masih belum terbiasa, tapi sekarang sudah terbiasa. Sehingga ini bisa untuk menekan mahalnya harga daging sapi,” tuturnya.

Dia menjelaskan, Bulog mendapat jatah impor daging kerbau sebesar 80 ribu ton. Jatah sebanyak itu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam negeri, terutama menjelang puasa dan lebaran. Daging kerbau impor tersebut berasal dari India. Jatah impor tersebut ditetapkan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) di bawah komando Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

“Proses impor tersebut akan dilakukan secara bertahap menyesuaikan kebutuhan dalam negeri. Selain itu, jumlah impor daging kerbau akan menyesuaikan kemampuan supplier dari India mengingat pandemi Covid-19 masih melanda India sehingga dikhawatirkan terjadi penguncian wilayah (lockdown),” ungkapnya.

Baca Juga :   Mie Sagu Dukung Diversifikasi Pangan

Menurutnya, impor daging sapi nantinya dilakukan secara bertahap melihat dari kebutuhannya. Hal tersebut ditujukan untuk menjaga stabilitas daging lokal di pasar. Karena pihaknya tak ingin adanya daging kerbau impor malah membuat anjlok harga daging lokal di pasaran.

“Siapa yang akan menjadi supplier daging kerbau dari India, kami belum melakukan lelang. Saat ini administrasi lelang sedang diurus yang ditindaklanjuti dengan undangan terbuka kepada para calon supplier daging kerbau,” tutupnya. (esa/*)

MIXADVERT JASAPRO