Wisata  

Pentinganya Peran Teknologi Tingkatkan Daya Saing Pariwisata Indonesia

jagatBisnis.com — Sejumlah sektor mengalami tekanan dan kerugian yang besar di tengah pandemi Covid-19, tak terkecuali sektor pariwisata di Indonesia. Sehingga banyak persoalan yang terjadi menyusul pemberlakuan new normal. Untuk menghidupkan kembali pariwisata di era new normal, peran teknologi, terutama di bisang informasi dan komunikasi menjadi sangat penting. Karena teknologi di sektor pariwisata mampu meminimalisir penyebaran Covid-19. Bahkan, sudah menjadi tren pemanfaatannya di masa pandemi ini

Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengatakan, sejak pandemi Covid-19 mewabah sektor pariwisata mengalami petaka berat. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia masih sangat terbatas. Berdasarkan data BPS pada Agustus 2020, kunjungan wisman ke Indonesia hanya 165.000 kunjungan. Jumlah itu mengalami penurunan sangat drastis mencapai 89,22 persen, jika dibanding di periode yang sama pada tahun lalu sekitar 1,53 juta kunjungan.

“Akibat penurunan wisman, Indonesia diperkirakan kehilangan devisa sekitar USD15-15,8 miliar. Hal ini terjadi karena Bali yang menjadi destinasi favorit wisatawan dalam dan luar negeri saat ini masih membatasi jumlah kunjungan dan kegiatan pariwisata sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia,” katanya dalam FGD bertema “Penguasaan dan Pengembangan Teknologi di Sektor Pariwisata”, secara virtual, Jumat (18/12/2020).

Menurutnya, Bali sendiri juga mengalami kerugian rata-rata Rp9,7 triliun setiap bulannya. Kondisi ini berimbas pada ekonomi pelaku usaha di sektor pariwisata. Sehingga berdampak juga pada sektor yang menjadi penyokong sektor pariwisata, seperti penerbang, perhotelan, makanan, yang khususnya dimiliki sektor UMKM.

“Walaupun kita tidak tahu kapan pandemi Covid-19 akan berakhir, tapi banyak pihak optimis sektor pariwisata akan lebih cepat bangkit menuju new normal. Pemerintah juga memprediksi, industri pariwisata akan langsung bangkit karena adanya permintaan dari masyarakat,” paparnya.

Oleh karena itu, lanjut Pontjo, industri pariwisata harus siap beradaptasi dan mulai berbenah untuk menyambut new normal. Sehingga tren pariwisata bisa dipastikan  berubah dan industri pariwisata harus siap beradaptasi dan berbenah. Pembukaan destinasi wisata harus memenuhi aturan dan mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Kebersihan, kesehatan, dan keselamatan menjadi yang utama.

“Peran teknologi sangat menunjang dalam meningkatkan kegiatan pariwisata. Karena pariwisata berbasis informasi dan teknologi sudah banyak dijalankan di banyak negara tujuan wisata. Apalagi, saat ini pengetahuan dan teknologi sudah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan  dan kemandirian ekonomomi di semua sektor,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum Akademi Ilmu Pengetahuan (AIPI), Satryo Soemantri Brojonegoro menyatakan, pariwisata Indonesia harus dapat dijadikan kekuatan ekonomi pasca Covid-19. Pengembangan pariwisata bisa dilakukan dengan pendekatan new normal. Caranya, bisa dengan membatasi jumlah pengunjung secara kontinyu.

“Oleh karena itu, pengembangan pariwisata tidak boleh terlepas dari pengembangan iptek dan pariwisata yang berkelanjutan. Sehingga pariwisata tidak untuk diekploitasi, melainkan untuk pelestarian,” urainya.

Pada kesempatan yang sama, pakar AIPI, Myra P. Gunawan menambahkan, sayangnya, harapan tinggi terhadap pariwisata Indonesia belum didukung dengan perencanaan yang matang. Sehingga pembangunan pariwisata Indonesia terhambat oleh banyaknya pembangunan sektoral dan tumpang tindih antara sektor-sektor disiplin ilmu. Bahkan, perkembangan industri pariwisata di Indonesia belum mengalami pemerataan sehingga menimbulkan kesenjangan pada sejumlah daerah terutama di timur Indonesia.

“Masalahnya industri pariwisata sering disalahartikan semata-mata sebagai industri sumber daya alam, padahal industri ini menyangkut pengetahuan, sumber daya intelektual yang memiliki visi ke depan serta kemampuan menelaah permasalahan dan potensi dari dalam,” pungkas Myra. (eva)

Baca Juga :   Pendidikan Jadi Investasi Menentukan Masa Depan Bangsa
MIXADVERT JASAPRO