JagatBisnis.com – Langkah pemerintah untuk memensiunkan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dalam bertransisi ke Energi Baru Terbarukan (EBT) membawa tantangan tersendiri bagi PT PLN (Persero), terutama terkait biaya. Padahal secara early retirement sudah bagus, tapi secara ekonomi tak tahu siapa yang menyerap.
Vice President of Financial Institution and Market Research PLN Maya Rani Puspita menjelaskan, tantangan itu muncul karena pihaknya telah membangun pembangkit yang dirancang beroperasi selama 30 tahun. Namun. saat baru 10 tahun beroperasi ternyata harus dipensiunkan. Padahal, memensiunkan pembangkit yang masih beroperasi mengakibatkan adanya tambahan biaya yang harus ditanggung.
“Belum lagi, biaya-biaya depresiasi yang belum terjadi. Kalau kami tidak bisa menjual, maka dari mana kami bisa me-recover biaya tersebut? Sebenarnya, tantangan ini sudah sering didiskusikan bersama Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, dan Kementerian Keuangan, karena harus ada pihak yang menyerap atau menggantikan tambahan biaya itu,” katanya dalam Task Force 8 T20 2022 di Jakarta, Kamis (21/7/2022).
Discussion about this post