Harga PCR Turun, KPPU Duga Stok Melimpah

Ilustrasi swab test/PCR/Antigen.

JagatBisnis.com – Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menyebutkan impor Polymerase Chain Reaction (PCR) ke Indonesia sebesar 40 persen lebih. Angka itu, disebutkan terbesar dari impor alat-alat kesehatan yang lainnya untuk penanganan COVID-19 di tanah air ini.

Hal itu, diungkapkap Kepala KPPU Kantor Wilayah (Kanwil) I, Ridho Pamungkas saat konfirmasi pada Jumat siang, 29 Oktober 2021. Ia menjelaskan pihaknya tidak melakukan pengawasan terhadap harga PCR turun. Tapi, melakukan pengawasan impor PCR.

“Untuk turun ke Rp 300 ribu belum ada kita monitoring lagi. Tapi, kita fokus ke depan bukan lagi mau lihat harga di atas HET atau tidak. Namun, kita mau lihat sisi impor alat PCR. Karena, pasar terbesar penanganan COVID-19 impor alat PCR. Itu lebih 40 persen untuk impor,” sebut Ridho.

Baca Juga :   Tes PCR di Bandara Soetta Dibanderol Rp495 Ribu

Sebelumnya, Pemerintah menurunkan lagi tarif tertinggi PCR sebesar Rp 275 ribu (Jawa Bali) dan Rp 300 ribu (luar Jawa Bali). Penurunan harga tes berlaku Kamis, 27 Oktober 2021.

Ridho menduga karena alat PCR ‘banjir’ atau stok melimpah di Indonesia dan diikuti juga banyak layanan PCR itu. Sehingga untuk dapat terjual semuanya. Harga pun, diturunkan menjadi maksimal Rp3000 ribu.

“Jangan-jangan (PCR) impornya sudah banyak, jadi ada kebijakan (turun harga) ini. Apa lagi, alat PCR digunakan untuk penerbangan. Dilihat dari sisi impor sendiri,” kata Ridho.

Secara nasional, Ridho mengungkapkan ada 10 importir menyediakan alat PCR di Indonesia. Dengan itu, pihak KPPU mau lihat hulu dari impor PCR tersebut.

Baca Juga :   Harga Tes PCR di Bandung Turun Jadi Rp495 Ribu

“Secara nasional, kita support data masing-masing wilayah untuk dikaji secara nasional lah,” ucap Ridho.

Ridho menjelaskan, ada keanehan dalam pemasaran PCR yang turun harga secara drastis. Sebelumnya harga PCR Rp 525 ribu hingga bisa tembus Rp 1 juta. Ia menilai ada keuntungan besar dari ‘dagang’ PCR ini.

“Ini aneh juga harga PCR bisa jadi Rp300 ribu. Kalau tidak ditetapkan Pemerintah masih Rp525 ribu. Terlalu banyak mengambil untungnya. Kita mau lihat dari hulunya, impornya ini lah,” kata Ridho.

Selain harga, Ridho mengatakan pihaknya akan melakukan monitoring berapa jumlah alat PCR digunakan per harinya. Tapi, ia enggan membeberkan secara terbuka berapa harga sebenarnya alat PCR yang diimpor tersebut.

Baca Juga :   PCR Tidak Akan Disubsidi Karena Sudah Murah

“Belum bisa kita buka ke publik (harga PCR). Kalau dibandingkan di sejumlah negara. Indonesia tidak terlalu tinggi dan terlalu murah sih untuk penetapan harganya. Kita juga memperbandingkan dari segi produksi dan jualnya. Kita mau lihat apa ada mengambil keuntungan berlebih pada krisis COVID-19 ini,” ucap Ridho.

D isisi lain, Ridho mengatakan harga PCR turun, juga untuk mewaspadai gelombang ketiga COVID-19. Hal itu, langkah kebijakan dari Pemerintah.

“Ini lebih kebijakan dari Pemerintah lah. COVID-19 turun, penerbangan sudah lebih terbuka. Tapi, perlu diwaspadai gelombang ketiga seperti di China,” ucap Ridho. (pia)

MIXADVERT JASAPRO