JagatBisnis.com – Amerika Serikat menghadapi pukulan serius di kancah keuangan global setelah lembaga pemeringkat internasional Moody’s resmi menurunkan peringkat kredit negara adidaya tersebut dari level tertinggi “Aaa” menjadi “Aa1”. Langkah ini diambil karena lonjakan utang dan beban bunga yang semakin mengkhawatirkan dibandingkan negara-negara lain dengan peringkat serupa.
Moody’s, yang sebelumnya menjadi satu-satunya dari tiga lembaga pemeringkat utama yang masih mempertahankan peringkat tertinggi untuk AS, kini menyamakan pandangannya dengan Fitch, yang lebih dulu menurunkan peringkat pada Agustus 2023.
Utang Meningkat, Beban Bunga Membengkak
Dalam pernyataannya pada Jumat (16/5), Moody’s menyebut ketidakmampuan pemerintah dan Kongres AS untuk menyepakati kebijakan fiskal jangka panjang sebagai faktor utama penurunan peringkat. Mereka juga mengubah prospek kredit AS dari “negatif” menjadi “stabil”, mengindikasikan ekspektasi tidak akan ada penurunan lebih lanjut dalam waktu dekat, namun juga tidak ada pemulihan signifikan.
“Pemerintah dan Kongres secara berturut-turut gagal mengendalikan tren defisit tahunan yang terus membesar dan lonjakan biaya bunga yang menyertainya,” tulis Moody’s.
Moody’s memproyeksikan rasio utang pemerintah federal akan melonjak ke angka 134% dari PDB pada 2035, dibandingkan dengan 98% pada 2024. Ini menjadi sinyal keras akan risiko fiskal jangka panjang yang semakin nyata.
Trump Gagal Loloskan RUU Pajak, Pasar Cemas
Presiden Donald Trump, yang kembali menjabat sejak 20 Januari 2025, telah menjanjikan kebijakan fiskal ketat dan pengendalian defisit. Namun, langkah besar pertama melalui RUU pajak menyeluruh terhambat. Pada hari Jumat, proposal tersebut gagal melewati rintangan penting di Kongres, akibat penolakan dari kelompok Republik garis keras yang menuntut pemangkasan belanja yang lebih drastis.
Kegagalan ini menjadi pukulan politik yang langka bagi Trump dan menimbulkan kekhawatiran pasar terhadap kemampuan pemerintah dalam mengeksekusi agenda fiskalnya.
Peran Elon Musk dan Upaya Penghematan
Di tengah tekanan fiskal, pemerintahan Trump menggandeng tokoh teknologi Elon Musk yang memimpin Department of Government Efficiency, sebuah lembaga baru yang berfokus pada reformasi birokrasi dan efisiensi anggaran. Kolaborasi ini mencerminkan kesadaran tinggi akan pentingnya menurunkan beban pembiayaan negara.
Namun demikian, Moody’s masih meragukan efektivitas program-program penghematan yang sedang dirancang. “Kami tidak melihat ada pengurangan signifikan dalam belanja wajib maupun defisit dalam beberapa tahun mendatang,” tegas lembaga tersebut.
Sinyal untuk Dunia
Penurunan peringkat oleh Moody’s bukan sekadar angka di atas kertas—ini adalah sinyal global bahwa kekuatan ekonomi terbesar dunia sedang menghadapi tantangan serius. Jika beban utang tidak segera dikendalikan, bukan hanya pasar obligasi yang terdampak, tapi juga kredibilitas AS dalam jangka panjang. (Mhd)