JagatBisnis.com – PT Sepatu Bata Tbk (BATA), produsen sepatu ternama di Indonesia, sedang menghadapi tantangan berat pasca-pandemi Covid-19. Pandemi tersebut telah mempengaruhi struktur bisnis BATA, menyebabkan kerugian besar dan penutupan pabrik. Namun, meskipun dalam kondisi sulit, perusahaan tetap optimistis untuk kembali meraih keuntungan pada tahun 2025.
Kerugian Signifikan dan Penurunan Penjualan
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), per 30 September 2024, BATA masih mencatatkan kerugian sebelum pajak sebesar Rp 131,27 miliar. Angka ini mengalami lonjakan lebih dari dua kali lipat atau 151% dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 52,33 miliar.
Penyebab utama kerugian ini adalah penurunan tajam dalam penjualan BATA. Pada kuartal III-2024, penjualan BATA tercatat turun 26% menjadi Rp 363,27 miliar, dibandingkan dengan Rp 488,47 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Langkah Strategis: Penutupan Pabrik dan Fokus pada Distribusi
Direktur Sepatu Bata, Hatta Tutuko, mengungkapkan bahwa penutupan pabrik di Purwakarta merupakan bagian dari upaya efisiensi yang sangat penting untuk masa depan perusahaan. “Kami tidak lagi harus mengelola working capital untuk pabrik atau material produksi,” ujar Hatta dalam keterangan resmi pada Selasa (3/12).
Tanpa beban biaya pabrik, BATA kini dapat lebih fokus pada penguatan sektor distribusi dan penjualan, baik melalui toko-toko fisik yang ada maupun platform penjualan daring. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan meski tanpa lagi mengandalkan produksi internal.
Kerja Sama dengan Pemasok Lokal dan Pemindahan Pusat Distribusi
Untuk mengatasi penurunan penjualan, BATA berupaya memperbaiki posisi keuangan dengan menggandeng pemasok lokal untuk memenuhi permintaan pasar. Penutupan pabrik di Purwakarta bukan hanya untuk efisiensi biaya, tetapi juga untuk menyesuaikan kapasitas produksi dengan penurunan permintaan yang terus berlanjut.
“Kami akan bekerja sama dengan supplier lokal untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi,” tambah Hatta. BATA juga telah memindahkan pusat distribusinya dari Purwakarta ke Jakarta, serta menjalin kemitraan dengan perusahaan logistik untuk memastikan distribusi produk berjalan lancar ke seluruh jaringan toko.
Strategi Efisiensi untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Meskipun menghadapi kerugian yang cukup besar, BATA tetap berkomitmen untuk mempertahankan eksistensinya di pasar Indonesia. Dengan mengandalkan model bisnis yang lebih ramping dan adaptif, perusahaan berharap dapat mengurangi beban operasional, meningkatkan margin keuntungan, dan menjaga daya saing di pasar.
Hatta menyimpulkan, “Strategi efisiensi yang kami jalankan saat ini sangat penting untuk memulihkan kinerja perusahaan. Kami optimistis dapat kembali ke jalur profit pada 2025.”
Dengan berbagai langkah strategis yang diambil, BATA berusaha untuk bangkit dari keterpurukan dan kembali menjadi pemain utama di industri sepatu Indonesia. Tentu saja, kesuksesan tersebut sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar yang terus berkembang. (Mhd)