Industri Alat Berat Diperkirakan Terkerek oleh Program Swasembada Pangan, CSUL Finance Optimis Tumbuh

Industri Alat Berat Diperkirakan Terkerek oleh Program Swasembada Pangan, CSUL Finance Optimis Tumbuh. foto dok equipmentindonesia.com

JagatBisnis.com – Industri alat berat di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan seiring dengan pelaksanaan Program Swasembada Pangan yang digagas pemerintah. Program ini dipandang dapat meningkatkan penyaluran pembiayaan alat berat, terutama di sektor-sektor yang membutuhkan alat berat untuk mendukung produksi pertanian dan infrastruktur pangan.

PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL Finance), perusahaan pembiayaan yang banyak terlibat dalam penyaluran pembiayaan alat berat, meyakini bahwa program pemerintah ini dapat mendorong permintaan alat berat dalam beberapa bulan ke depan.

Proyeksi Peningkatan Pembiayaan Alat Berat

Direktur Utama CSUL Finance, Suwandi Wiratno, menjelaskan bahwa meskipun potensi peningkatan penyaluran pembiayaan alat berat cukup besar, dampak tersebut baru bisa dirasakan dalam waktu 3-6 bulan ke depan. Hal ini disebabkan oleh sifat pembelian alat berat yang memerlukan waktu produksi dan pengiriman yang lebih lama dibandingkan dengan kendaraan roda empat atau motor.

“Karena kalau beli alat berat itu tidak bisa langsung hari pesen besoknya sudah ready seperti beli motor atau mobil, alat berat itu mesti dibuat dalam waktu yang lama, maka peningkatan penyaluran pembiayaannya baru bisa dirasakan 3-6 bulan ke depan,” kata Suwandi, Senin (2/12).

Baca Juga :   Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Industri Alat Berat: Tantangan dan Strategi Hinabi

Pertumbuhan Penyaluran Pembiayaan Alat Berat hingga November 2024

Hingga November 2024, CSUL Finance mencatatkan peningkatan penyaluran pembiayaan alat berat sebesar 10% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meskipun Suwandi tidak mengungkapkan angka nominalnya, ia menyoroti dua sektor utama yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ini, yaitu sektor tambang nikel dan batubara.

“Sektor nikel dan batubara masih cukup banyak yang berinvestasi dan peningkatan produksinya selalu terjadi. Dua sektor inilah yang membuat penyaluran pembiayaan alat berat di CSUL Finance bisa terus tumbuh,” ujar Suwandi.

Target Pembiayaan Alat Berat 2025

Menatap tahun 2025, CSUL Finance menargetkan pertumbuhan pembiayaan alat berat sebesar 5-10%. Suwandi optimis bahwa sektor alat berat akan terus berkembang, didorong oleh belanja modal pemerintah untuk proyek konstruksi serta penanaman modal asing di sektor-sektor strategis.

Baca Juga :   Industri Alat Berat Diproyeksikan Terkerek Berkat Program Swasembada Pangan

Pada tahun ini, CSUL Finance menargetkan pembiayaan alat berat mencapai Rp 1,35 triliun hingga Rp 1,4 triliun. Meskipun demikian, Suwandi juga mencatat bahwa biasanya pada Kuartal IV, terjadi penurunan investasi, yang dapat memengaruhi pencapaian target tersebut.

Alat Berat Bertenaga Listrik: Tantangan dan Peluang

Selain itu, Suwandi juga mengungkapkan bahwa tren penggunaan alat berat bertenaga listrik mulai berkembang di Indonesia. Hal ini disambut baik, karena sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendukung program ramah lingkungan. Namun, Suwandi menekankan bahwa ada beberapa tantangan yang perlu diatasi oleh perusahaan pembiayaan dalam mendanai alat berat listrik, seperti:

  • Ketangguhan alat berat listrik dalam kondisi operasional yang keras.
  • After sales service yang memadai untuk mendukung kinerja alat berat.
  • Harga investasi yang masih relatif tinggi.
  • Harga jual kembali (resale value) alat berat listrik yang perlu dipertimbangkan.
Baca Juga :   Persaingan Sengit di Industri Alat Berat Indonesia: Tantangan dan Strategi Menghadapi Produk Impor dari China

Oleh karena itu, meskipun alat berat listrik memiliki potensi yang besar, CSUL Finance tidak mengharapkan kontribusi signifikan terhadap pembiayaan alat berat dalam waktu dekat. Penambahan pembiayaan untuk alat berat listrik diperkirakan akan terjadi secara bertahap, seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi ramah lingkungan ini.

Kesimpulan

Industri alat berat di Indonesia, khususnya sektor yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur pangan dan energi, memiliki prospek cerah seiring dengan implementasi Program Swasembada Pangan. CSUL Finance optimis akan ada peningkatan dalam penyaluran pembiayaan alat berat, meskipun dampaknya baru bisa dirasakan dalam beberapa bulan mendatang. Fokus utama tetap pada sektor tambang nikel dan batubara, yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan.

Dengan adopsi alat berat listrik yang semakin berkembang, industri ini juga menghadapi peluang baru dalam mendukung keberlanjutan lingkungan, meskipun tantangan terkait biaya dan ketahanan alat tetap menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. (Zan)