Rencana Pemindahan Pelabuhan Impor ke Indonesia Timur: Tantangan dan Harapan

Rencana Pemindahan Pelabuhan Impor ke Indonesia Timur: Tantangan dan Harapan. foto dok supplychainindonesia.com

JagatBisnis.com – Pemerintah Indonesia berencana untuk memindahkan pelabuhan impor beberapa komoditas tertentu ke Indonesia Timur, termasuk pelabuhan di Sorong, Bitung, dan Kupang. Rencana ini menjadi fokus Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam 100 hari pertama Kabinet Merah Putih, dengan tujuan melindungi industri dalam negeri dari serbuan barang impor murah.

Komoditas Prioritas

Beberapa komoditas yang direncanakan untuk pemindahan pelabuhan impornya antara lain:

  • Elektronik
  • Tekstil dan produk tekstil (TPT)
  • Pakaian jadi
  • Alas kaki
  • Kosmetik
  • Keramik
  • Katup
  • Obat tradisional

Pemilihan komoditas tersebut diharapkan dapat membantu melindungi industri lokal yang rentan terhadap persaingan impor.

Baca Juga :   Program Santripreneur: Pondok Pesantren Sebagai Pusat Tumbuhnya Wirausaha Baru

Tantangan Infrastruktur

Namun, rencana ini menghadapi skeptisisme dari kalangan pelaku usaha. Subandi, Ketua BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), menilai bahwa infrastruktur pelabuhan di Indonesia Timur masih belum memadai untuk mendukung pemindahan tersebut. Ia mengkhawatirkan hal ini akan meningkatkan biaya produk dan menyulitkan akses bagi masyarakat.

“Kapalan asing kecil kemungkinan akan langsung ke pelabuhan di Indonesia Timur karena infrastruktur yang belum siap,” jelas Subandi.

Risiko Pasokan dan Penyelundupan

Ketidakpastian terkait infrastruktur juga berpotensi mengganggu pasokan barang ke wilayah Indonesia Barat. Jika pasokan terhambat sementara permintaan tinggi, risiko penyelundupan barang impor bisa meningkat.

Baca Juga :   Implementasi Industri 4.0 Dorong Aspek Keberlanjutan di Sektor Manufaktur

Pertimbangan dari Pelaku Usaha

Ketua Bidang Hukum dan Regulasi Perprindo, Dewanti, menekankan pentingnya mempertimbangkan kesiapan infrastruktur, ketersediaan angkutan, dan biaya logistik sebelum melaksanakan rencana tersebut. Ia juga mengusulkan masa tenggang selama 6 bulan bagi pelaku usaha untuk beradaptasi dengan kebijakan baru.

Dukungan Sektor Pelayaran

Carmelita Hartoto, Ketua Umum DPP Indonesian Shipowners’ Association (INSA), menyatakan bahwa sektor pelayaran siap mendukung kebutuhan angkutan barang ke pelabuhan di Indonesia Timur. Ia menjelaskan bahwa ada potensi peningkatan angkutan muatan balik ke Pulau Jawa, meskipun hal ini bisa berkurang jika produk yang diimpor hanya ditujukan untuk masyarakat di Indonesia Timur.

Baca Juga :   Industri Pangan RI Butuh 1,6 Juta Ton Jagung di Tahun 2022

Kesimpulan

Rencana pemindahan pelabuhan impor ke Indonesia Timur memiliki potensi untuk meningkatkan perlindungan terhadap industri lokal, tetapi tantangan infrastruktur dan risiko gangguan pasokan harus diatasi dengan cermat. Kerjasama antara pemerintah dan pelaku usaha sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi rencana ini, sambil mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat. (Zan)