Tantangan dan Upaya Mencapai Target Bauran Energi Terbarukan di Indonesia

Tantangan dan Upaya Mencapai Target Bauran Energi Terbarukan di Indonesia. foto dok dislhk.badungkab.go.id

JagatBisnis.com – Realisasi bauran energi dari pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia masih jauh dari target yang ditetapkan. Pemerintah menargetkan bauran EBT mencapai 19,49% pada tahun 2024 dan 23% pada 2025, namun hingga paruh pertama tahun ini, realisasi hanya mencapai 13,93%.

Potensi Besar yang Belum Dimanfaatkan

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif CORE, mengungkapkan bahwa pemanfaatan EBT di Indonesia belum maksimal. Dia menekankan bahwa negara ini memiliki potensi besar dari sumber energi seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi, yang seharusnya dapat dimanfaatkan lebih baik. “Percepatan pemanfaatan EBT memerlukan kemauan politik yang kuat dan strategi serius dari pemerintah serta pihak terkait,” ungkap Faisal.

Pentingnya Insentif Investasi

Faisal juga menyoroti kebutuhan insentif investasi untuk menutupi biaya awal pengembangan EBT yang tinggi. Meskipun pemanfaatan EBT memerlukan investasi besar di awal, biaya produksi jangka panjang dapat jauh lebih rendah. Ia mengusulkan agar dana investasi tidak hanya mengandalkan APBN, melainkan juga bisa berasal dari sumber lain, seperti konsolidasi dana CSR, dana internasional, dan perdagangan karbon untuk mendanai proyek EBT.

Baca Juga :   Eks Menteri Keuangan Usulkan Alokasi Subsidi BBM Dialihkan ke Energi Terbarukan

Langkah Star Energy Geothermal

Salah satu perusahaan yang aktif dalam meningkatkan kapasitas energi hijau adalah Star Energy Geothermal, anak perusahaan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). CEO Barito Renewables, Hendra Tan, menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas terpasang guna mendukung Indonesia mencapai target nol emisi karbon. “Dengan begitu, kami memastikan masa depan yang berkelanjutan dan efisien untuk energi bersih di negara ini,” ujarnya.

Baca Juga :   PLN Dorong Penggunaan Energi Terbarukan dengan Teknologi Co-Firing di PLTU

Star Energy Geothermal berencana untuk meningkatkan kapasitas terpasang menjadi 102,6 MW dengan investasi diperkirakan mencapai US$ 346 juta. Rencana ini mencakup penambahan pembangkit baru seperti ekspansi Salak Unit 7 yang menambah 40 MW dan Wayang Windu Unit 3 yang menambah 30 MW. Selain itu, perusahaan juga melakukan retrofitting pada unit yang ada untuk meningkatkan kapasitas.

Peningkatan Kapasitas dan Kolaborasi

Melalui langkah-langkah tersebut, kapasitas di unit-unit yang ada akan meningkat, termasuk retrofit Wayang Windu Unit 1 dan 2 yang akan menambah 18,4 MW, serta retrofit Salak Unit 4, 5, dan 6 yang masing-masing dapat menambah 7,2 MW. Retrofits juga akan dilakukan di Darajat Unit 3 dengan tambahan 7 MW.

Baca Juga :   Terobosan Energi Terbarukan: PLN dan Mitra Luncurkan PLTS Ground-Mounted Terbesar di Indonesia

Star Energy Geothermal juga berkolaborasi dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk untuk meningkatkan efisiensi operasional melalui pengambilan sampel dan analisis fluida geothermal.

Dengan proyek-proyek ini, kapasitas total di Wayang Windu akan meningkat dari 230,5 MW menjadi 278,9 MW, di Salak dari 381 MW menjadi 428,2 MW, dan di Darajat dari 274,5 MW menjadi 281,5 MW.

Kesimpulan

Dengan tantangan yang ada, seperti realisasi bauran energi yang masih rendah, kolaborasi antara sektor publik dan swasta, serta komitmen untuk investasi di EBT, diharapkan Indonesia dapat mencapai target bauran energi yang telah ditetapkan. Upaya yang lebih kuat dan terarah diperlukan untuk mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam energi terbarukan. (Zan)