JagatBisnis.com – PT United Tractors Tbk (UNTR), anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), tengah melanjutkan strategi diversifikasi bisnis dengan fokus pada sektor mineral dan energi terbarukan. Meskipun saat ini pendapatan dan laba UNTR masih dominan dari segmen batubara, perusahaan memiliki ambisi untuk mencapai keseimbangan antara kontribusi batubara dan non-batubara dalam lima tahun ke depan.
Ekspansi di Bidang Mineral dan Energi Terbarukan
Direktur UNTR, Iwan Hadiantoro, mengungkapkan bahwa kontribusi batubara terhadap pendapatan perusahaan mencapai sekitar 65%. Dalam upaya diversifikasi, UNTR aktif menjajaki peluang di sektor mineral, termasuk emas, nikel, tembaga, dan litium. “Kami tidak hanya mencari peluang di tambang, tetapi juga akan ekspansi pada smelter nikel dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leach (HPAL),” kata Iwan pada paparan publik Jumat (30/8).
Tahun lalu, UNTR mengakuisisi PT Stargate Pasific Resources dan Nickel Industries Limited, memasuki bisnis nikel dengan langkah strategis. Perusahaan juga berencana untuk mengeksplorasi investasi di luar negeri, selain terus mengembangkan portofolio energi terbarukan melalui anak usaha PT Energia Prima Nusantara (EPN). UNTR memegang 32,7% saham di PT Supreme Energy Rantau Dedap, yang fokus pada panas bumi, dan 31,49% saham di PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) yang bergerak di tenaga air.
Perbaikan Kinerja di Semester II-2024
Walaupun mengalami penurunan kinerja keuangan pada semester I-2024, UNTR optimistis akan ada perbaikan pada paruh kedua tahun ini. Pendapatan perusahaan mencapai Rp 64,51 triliun, turun 6,05% secara tahunan, sementara laba bersih menyusut 14,98% menjadi Rp 9,53 triliun. Penurunan ini tercermin dari kontraksi di beberapa segmen bisnis, termasuk penjualan alat berat Komatsu yang menurun 29,17% hingga Juli 2024.
Direktur UNTR, Widjaja Kartika, menjelaskan bahwa penurunan penjualan alat berat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti Pemilu, Idul Fitri, dan penundaan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB). Namun, Widjaja yakin bahwa perbaikan akan terjadi pada paruh kedua tahun ini seiring dengan pemulihan pasar dan munculnya prospek baru di sektor agro.
Proyeksi Produksi dan Tren Harga Komoditas
UNTR menargetkan produksi batubara sebanyak 13 juta ton pada tahun ini, terdiri dari 11,9 juta ton batubara termal dan 1,1 juta ton batubara metalurgi. Untuk bijih nikel, target produksi adalah 1,9 juta wet metric ton, termasuk 1,2 juta ton limonit dan 700.000 ton saprolit. Selain itu, UNTR menargetkan penjualan emas sebanyak 235.000 ons.
Harga komoditas juga menunjukkan tren perbaikan. Batubara, yang awal tahun berada di kisaran US$ 100 – US$ 110 per ton, kini mencapai US$ 140 – US$ 150 per ton. Emas melesat ke level US$ 2.500 per troi ons, sementara harga nikel, yang sempat tertekan, kini berada di area US$ 16.000 – US$ 17.000 per ton.
Rekomendasi Saham
Di pasar saham, UNTR mengalami penurunan harga sebesar 1,01% menjadi Rp 27.050 per saham pada Jumat (30/8). Pengamat Pasar Modal, William Hartanto, merekomendasikan strategi “buy on weakness,” dengan support di harga Rp 26.000 dan resistance di level Rp 28.000 hingga Rp 31.000. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo, memberikan rekomendasi serupa, dengan support di level Rp 25.000 dan resistance di Rp 28.774 per saham.
Dengan fokus pada diversifikasi dan pengembangan energi terbarukan, UNTR bertujuan untuk memperkuat posisinya di pasar dan meningkatkan kinerja keuangan dalam jangka panjang, menjadikannya sebagai perusahaan yang siap menghadapi tantangan dan peluang di masa depan. (Hky)