Ekbis  

KIJA Incar Pertumbuhan 20%, Relokasi Industri Asing dan Kawasan Hijau Jadi Andalan

KIJA Incar Pertumbuhan 20%, Relokasi Industri Asing dan Kawasan Hijau Jadi Andalan

JagatBisnis.com – PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) menatap tahun 2025 dengan optimisme tinggi. Emiten kawasan industri ini menyiapkan sejumlah strategi ekspansi, mulai dari menarik investor asing hingga memperkuat kawasan industri tematik seperti kawasan hijau dan digital economy zone.

Chairman & Founder KIJA, Setyono Djuandi Darmono, menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan lahan industri sebesar 15%–20% dibandingkan tahun lalu. Hingga Mei 2025, penjualan lahan telah mencapai lebih dari 35% dari target tahunan.

“Ini menunjukkan tren positif, terutama dari sektor logistik, data center, dan manufaktur elektronik,” ujar Darmono kepada Kontan.co.id.

Relokasi Perusahaan Asing Dorong Penjualan Lahan

KIJA mencatat lonjakan minat dari perusahaan asing untuk relokasi ke Indonesia, terutama ke kawasan industri milik KIJA seperti di Cikarang dan Kendal Industrial Park. Investor potensial datang dari China, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, serta beberapa perusahaan teknologi dan logistik dari Eropa dan AS yang tertarik dengan konsep green industrial city dan integrasi kawasan industri dengan ekosistem pendidikan melalui President University.

Darmono menambahkan bahwa KIJA tengah memperkuat strategi land banking, terutama di luar Jawa seperti Morotai dan Tanjung Lesung, sebagai bagian dari dukungan terhadap program pemerataan industri nasional dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Kinerja Keuangan Kuartal I-2025 Melonjak

KIJA mencetak pertumbuhan kinerja signifikan di awal 2025. Pendapatan melonjak 87,10% yoy menjadi Rp 1,29 triliun, dari sebelumnya Rp 689,96 miliar. Perusahaan juga berhasil membalikkan rugi bersih menjadi laba bersih sebesar Rp 43,24 miliar.

Pendorong utama pertumbuhan berasal dari segmen penjualan tanah kavling, yang melonjak hampir enam kali lipat menjadi Rp 638,5 miliar, dengan kawasan Kendal sebagai kontributor utama.

Marketing sales juga melesat menjadi Rp 1,2 triliun pada kuartal I-2025, atau 34,28% dari target tahunan Rp 3,5 triliun. Rinciannya, Rp 1,25 triliun ditargetkan dari Cikarang dan Rp 2,25 triliun dari Kendal.

Tantangan dan Peluang di Tengah Ketidakpastian Global

Darmono menyebut setidaknya tiga tantangan utama yang dihadapi sektor kawasan industri saat ini:

  1. Ketidakpastian global akibat tensi geopolitik dan suku bunga tinggi.

  2. Persaingan insentif dan regulasi dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia.

  3. Kebutuhan infrastruktur serta sumber daya manusia yang siap menghadapi transformasi teknologi (AI, IoT).

Meski demikian, peluang juga terbuka lebar, antara lain:

  • Strategi China+1, yang mendorong relokasi industri dari Tiongkok.

  • Permintaan tinggi terhadap kawasan industri hijau.

  • Dukungan kebijakan KEK dari pemerintah dan potensi besar pasar domestik Indonesia.

“Kami percaya kawasan industri adalah lokomotif pertumbuhan ekonomi, pencipta lapangan kerja, dan transformasi peradaban. KIJA akan terus berinovasi dan berkontribusi untuk Indonesia,” tegas Darmono. (Hky)