JagatBisnis.com – PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mencatat pergeseran signifikan dalam tren belanja emas masyarakat pascapandemi. Jika sebelumnya perhiasan mendominasi penjualan, kini emas batangan menjadi primadona, dengan kontribusi mencapai 80% terhadap total penjualan HRTA di tahun 2025, sementara produk perhiasan hanya menyumbang 20%.
“Setelah pandemi, kami justru melihat lonjakan permintaan terhadap emas batangan, meskipun penjualan perhiasan menurun,” ujar Direktur Utama HRTA, Sandra Sunanto, dalam agenda public expose perusahaan, Kamis (12/6).
Strategi HRTA Bangkitkan Gairah Pasar Perhiasan
Meskipun tren bergeser ke emas batangan, HRTA tidak tinggal diam. Sandra menegaskan bahwa perusahaan akan terus berupaya menghidupkan kembali minat pasar terhadap perhiasan emas.
Salah satu strategi yang dijalankan adalah dengan memperkuat merek perhiasan Ardore, yang dirancang dengan desain otentik dan inovatif untuk menjangkau konsumen modern. Sandra menyebut, secara fundamental, minat masyarakat terhadap perhiasan tetap ada, dan tantangannya kini adalah menciptakan kembali kebutuhan tersebut melalui pendekatan produk dan branding yang tepat.
“Saya yakin masyarakat Indonesia masih menyukai perhiasan. Tantangan kami adalah bagaimana menghidupkan kembali keinginan untuk membeli perhiasan seperti sebelum pandemi,” jelas Sandra.
Adaptasi di Tengah Pelemahan Daya Beli
Menanggapi isu melemahnya daya beli masyarakat di semester pertama 2025, HRTA merespons dengan menyesuaikan produk mereka, terutama dalam hal gramasi.
“Ketika daya beli melemah, masyarakat tetap membeli emas, tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Kami pun menyesuaikan dengan memproduksi perhiasan yang gramnya lebih rendah, sesuai kemampuan pasar,” kata Sandra.
Strategi ini mencerminkan langkah adaptif HRTA dalam menjaga kinerja penjualan dan tetap memenuhi kebutuhan pelanggan, meski dalam kondisi ekonomi yang menantang. (Hky)