JagatBisnis.com – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), salah satu produsen semen terbesar di Indonesia, mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai maksimal Rp 2,25 triliun.
Aksi korporasi ini akan dimulai setelah mendapatkan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dijadwalkan berlangsung pada 21 Mei 2025.
Dalam keterbukaan informasi kepada BEI, Corporate Secretary INTP Dani Handajani menjelaskan bahwa periode pelaksanaan buyback akan berlangsung selama satu tahun penuh, mulai 22 Mei 2025 hingga 21 Mei 2026.
“Jika dana yang dialokasikan habis atau jumlah saham yang dibeli telah mencapai batas maksimum, kami akan menyampaikan informasi penghentian pelaksanaan buyback kepada publik,” jelas Dani, Senin (14/4).
Saham Dianggap Undervalue, Buyback Dinilai Strategis
Manajemen INTP melihat harga saham perusahaan saat ini berada pada level yang belum mencerminkan nilai fundamental sesungguhnya (undervalue). Oleh karena itu, buyback dianggap sebagai langkah strategis untuk memperkuat persepsi pasar sekaligus memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Adapun dana buyback akan bersumber dari kas internal perusahaan dan mencakup seluruh biaya transaksi, termasuk komisi perantara dan biaya administrasi lainnya. Jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 10% dari total modal disetor.
Saat ini, total modal disetor INTP tercatat sebesar Rp 1,84 triliun yang terbagi dalam 3,68 miliar saham.
Kondisi Keuangan Solid, Tidak Ganggu Operasional
Dani memastikan bahwa aksi ini tidak akan mengganggu operasional maupun rencana pertumbuhan jangka panjang perusahaan, karena seluruh pendanaan berasal dari posisi keuangan internal yang solid.
“Indocement saat ini berada dalam kondisi net-cash, sehingga memiliki ruang yang cukup untuk melakukan buyback tanpa membebani kinerja keuangan,” ujarnya.
Buyback ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang INTP di tengah kondisi industri semen yang masih penuh tantangan. Selain memperbaiki kinerja saham di pasar, langkah ini juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek bisnis perusahaan ke depan. (Mhd)