JagatBisnis.com – Suasana mudik Lebaran 2025 tak seramai tahun-tahun sebelumnya. Salah satu indikator paling mencolok terlihat dari sepinya pemudik yang menggunakan bus antarkota antarprovinsi (AKAP), moda transportasi yang biasanya menjadi andalan masyarakat kelas menengah ke bawah.
Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda), Ateng Aryono, mengungkapkan bahwa tingkat okupansi bus AKAP tahun ini mengalami penurunan drastis dibanding musim Lebaran 2024.
“Total armada bus AKAP yang tergabung dalam Organda ada sekitar 13 ribu unit. Semua perusahaan otobus (PO) berusaha mengoperasikan armadanya, tapi okupansi yang kami harapkan bisa mencapai 60%, kenyataannya jauh di bawah itu. Harapan ke 80%? Sangat jauh,” ujar Ateng, Jumat (11/4).
Padahal pada Lebaran tahun lalu, keterisian kursi bus sempat mencapai 80% hingga 85%. Tahun ini, baik arus mudik maupun arus balik menunjukkan tren penurunan jumlah penumpang secara signifikan.
“Penurunannya cukup drastis. Baik saat berangkat mudik maupun baliknya, situasinya sama saja. Kami merasakan dampaknya langsung,” tambahnya.
Menurut Ateng, kondisi ini tak lepas dari menurunnya daya beli masyarakat, khususnya pada segmen pengguna bus AKAP—yang notabene adalah kelompok paling rentan terhadap tekanan ekonomi.
“Kalau kita lihat dari strata pengguna transportasi, yang tertinggi itu pesawat, di tengah ada kereta api, dan paling bawah moda darat seperti bus AKAP. Ketika daya beli masyarakat bawah terganggu, mereka cenderung menunda mudik,” jelasnya.
Fenomena ini menjadi sinyal peringatan, bahwa ketimpangan ekonomi semakin terasa di lapisan masyarakat bawah. Dan dalam konteks mudik, transportasi darat—yang selama ini menjadi tulang punggung jutaan pemudik—ikut terdampak paling nyata.
Ateng pun mengingatkan agar pemerintah tak menutup mata terhadap realita ini. Sebab, lebih dari sekadar soal okupansi bus, ini menyangkut ketahanan ekonomi masyarakat secara luas. (Mhd)