JagatBisnis.com – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menghadapi tantangan besar di tahun 2025, termasuk masalah oversupply semen dan daya beli masyarakat yang rendah. Namun, perusahaan telah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapinya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), deflasi pada Januari dan Februari 2025 tercatat masing-masing sebesar 0,76% dan 0,48% month to month (mtm). Namun, Corporate Secretary INTP, Dani Handajani, menyatakan bahwa pihaknya tidak terlalu khawatir dengan deflasi ini. Ia menjelaskan bahwa deflasi disebabkan oleh langkah-langkah pemerintah untuk memperkuat daya beli masyarakat, seperti pemberian diskon tarif listrik.
“Langkah terbaru pemerintah yang kami amati adalah kepastian mengenai pencairan THR dan Tukin untuk PNS, yang kami harap dapat mendongkrak daya beli masyarakat,” ujar Dani.
Periode Permintaan Semen Lemah dan Tantangan Oversupply
Secara historis, kuartal pertama selalu menjadi periode dengan permintaan semen yang lemah, terutama karena faktor musiman seperti curah hujan yang tinggi dan proses alokasi anggaran pemerintah yang baru disetujui. Pada tahun ini, hal tersebut diperburuk dengan adanya Ramadan dan Lebaran yang jatuh pada bulan Maret 2025, yang mempengaruhi jumlah hari efektif kerja di kuartal pertama.
Dani mengungkapkan, kuartal pertama 2025 diperkirakan akan menjadi kuartal dengan kinerja terendah bagi semua produsen semen. Meskipun demikian, kondisi tersebut dianggap wajar mengingat faktor musiman dan pergeseran aktivitas ekonomi selama Ramadan dan Lebaran.
Selain itu, tantangan oversupply semen juga tetap menjadi perhatian utama bagi INTP. Untuk menghadapinya, perusahaan telah mengakuisisi Semen Grobogan pada akhir 2023 dan menyewa fasilitas produksi semen milik Semen Bosowa. Langkah ini berhasil meningkatkan pangsa pasar INTP menjadi sekitar 29%-30%, meningkat signifikan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya yang hanya sekitar 25%.
Inisiatif Efisiensi dan Fokus pada Pasar Domestik
Sebagai bagian dari strategi menghadapi tantangan tersebut, INTP juga mengimplementasikan sejumlah inisiatif untuk mengendalikan biaya. Salah satunya adalah meningkatkan otomasi dan digitalisasi di semua lokasi pabrik, serta meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif yang lebih terjangkau daripada batu bara.
Perusahaan juga fokus pada efisiensi rantai pasokan, dengan mengoptimalkan jalur distribusi antara pabrik, terminal, dan titik penjualan yang kini lebih tersebar di pasar nasional. Untuk pasar ekspor, INTP tidak terlalu fokus pada tahun ini, mengingat persaingan harga yang ketat di pasar internasional.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, INTP mencatatkan pertumbuhan penjualan semen sebesar 0,5% pada Februari 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini dianggap cukup baik mengingat dampak curah hujan yang menyebabkan banjir di beberapa pasar utama perusahaan di Pulau Jawa, yang menyumbang sekitar 65% dari total penjualan INTP.
Target Pertumbuhan 1-3% di 2025
INTP tetap optimistis dengan prospek pasar domestik, dengan target pertumbuhan penjualan semen di kisaran 1-3% pada tahun 2025. Perusahaan berharap, berbagai kebijakan baru pemerintah, seperti pemotongan anggaran infrastruktur, program tiga juta rumah, antisipasi suku bunga yang lebih rendah, dan program renovasi sekolah, dapat mendorong permintaan semen.
Selain itu, berbagai program pemerintah lainnya, seperti pemberian makan siang bergizi gratis dan pemeriksaan kesehatan gratis, diharapkan dapat memperkuat daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan pasar semen domestik.
Dengan berbagai strategi yang telah disiapkan, INTP optimistis dapat mempertahankan kinerjanya di tahun 2025 meskipun menghadapi tantangan yang tidak mudah. (Hky)