JagatBisnis.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan kesulitan dalam mencapai target lifting minyak nasional pada tahun 2024. Berdasarkan catatan SKK Migas, produksi rata-rata harian minyak pada 2024 tercatat sebesar 580.224 barel per hari, yang masih meleset dari target lifting minyak yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar 653 ribu barel per hari (bph).
Untuk tahun 2025, SKK Migas menetapkan target lifting yang lebih tinggi, yakni 1.610 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD), dengan rincian produksi minyak sebesar 605 ribu barel per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 1.005 ribu BOEPD, sesuai dengan proyeksi APBN.
Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, mengungkapkan bahwa ada sejumlah faktor yang menyebabkan target lifting minyak tidak tercapai pada tahun 2024. Salah satunya adalah kondisi sumur yang sudah tua, serta masalah dengan perizinan yang rumit. Djoko menambahkan bahwa banyak fasilitas upstream, terutama milik Pertamina, sudah berumur dan mengalami kerusakan. Salah satu masalah yang kerap terjadi adalah kebocoran pada infrastruktur produksi seperti pipa offshore yang rusak akibat karat.
“Fasilitas di upstream, terutama yang sudah tua, menjadi kendala utama karena sering terjadi kebocoran dan masalah teknis lainnya,” ujar Djoko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Kamis (27/2).
Selain itu, Djoko juga menyoroti panjangnya proses perizinan yang menjadi tantangan tersendiri. SKK Migas mencatat bahwa perizinan di sektor hulu migas masih cukup kompleks, meskipun berbagai upaya penyederhanaan regulasi telah dilakukan.
“Perizinan kita sudah mulai sederhanakan, regulasi yang menghambat kita cabut, dan sebagainya,” tambahnya.
Keamanan juga menjadi perhatian penting, karena gangguan masyarakat dalam kegiatan eksplorasi dan produksi sering terjadi. Untuk itu, SKK Migas terus bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk menjaga kelancaran operasional migas. Djoko juga menambahkan bahwa insentif fiskal bagi badan usaha terus diupayakan guna mendorong peningkatan produksi migas.
“Kami terus mendorong insentif fiskal bagi badan usaha agar produksi bisa meningkat,” jelasnya.
Meskipun menghadapi berbagai kendala, SKK Migas mencatatkan hasil yang lebih baik di akhir tahun 2024. Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi pada 2024 hanya mencapai 1.606,4 million barrel oil equivalent per day (mboepd), lebih rendah dibandingkan target APBN 2024 yang sebesar 1.668 mboepd. Namun, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyoroti adanya peningkatan lifting migas dalam dua bulan terakhir 2024, dengan lifting migas pada November mencapai 1.748 mboepd, dan meningkat menjadi 1.868 mboepd pada Desember.
Secara rinci, rata-rata lifting minyak pada tahun 2024 tercatat sebesar 579,7 ribu barel per hari (mbopd), sementara target APBN adalah 635 mbopd. Pada bulan Desember 2024, lifting minyak mencapai 657 mbopd, namun angka tersebut menurun pada Januari 2025 menjadi 532 mbopd. (Mhd)