JagatBisnis.com – Kebijakan Pemerintah India yang menaikkan tarif pajak impor minyak kelapa sawit (CPO) menjadi 27,5% mulai September 2024 mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk produsen sawit nasional. Salah satunya adalah PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), yang menjual seluruh produknya di pasar domestik.
Kenaikan pajak impor CPO India, yang sebelumnya 5,5%, dianggap tidak berdampak langsung terhadap operasional SGRO. Stefanus Darmagiri, Head of Investor Relations SGRO, menjelaskan bahwa perusahaan tetap fokus pada pasar domestik, sehingga kebijakan India tidak mempengaruhi kinerja mereka.
Namun, SGRO mengakui bahwa kebijakan ini dapat mempengaruhi kinerja ekspor CPO Indonesia ke India, yang merupakan salah satu pasar utama. Ada juga potensi dampak terhadap harga CPO di pasar global. Meskipun demikian, SGRO tetap optimis terhadap prospek industri sawit Indonesia, terutama dengan dimulainya program biodiesel B40 yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan CPO di pasar domestik.
Pada kuartal III-2024, SGRO mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 16,25% year-on-year (YoY) menjadi Rp 3,48 triliun. Laba bersih mereka juga mengalami penurunan 41,42% YoY menjadi Rp 247,27 miliar. Manajemen SGRO menyebutkan bahwa penurunan ini dipengaruhi oleh fenomena El-Nino yang terjadi pada 2023 dan 2024, yang diperkirakan akan mengurangi produksi tandan buah segar (TBS) mereka sebanyak 10% pada 2024.
Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) turut mengungkapkan kekhawatiran mengenai dampak kebijakan India. Mengingat India adalah salah satu importir CPO terbesar dari Indonesia bersama China, Gapki berencana mengirimkan surat kepada pemerintah Indonesia untuk melobi India agar kebijakan ini tidak membebani eksportir sawit nasional.
Dengan dinamika ini, industri sawit Indonesia tetap dihadapkan pada tantangan, namun juga memiliki peluang melalui langkah-langkah strategis seperti program biodiesel B40 dan upaya diplomatik untuk menjaga kelangsungan ekspor CPO ke pasar internasional. (mhd)