JagatBisnis.com – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan bahwa penerbitan obligasi oleh sektor multifinance pada tahun 2025 akan dihadapkan pada sejumlah tantangan besar.
Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst Pefindo, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh sektor ini adalah tingginya tingkat suku bunga. Meskipun inflasi telah berhasil turun di bawah target Bank Indonesia (BI), suku bunga yang masih berada pada level 5,75% dianggap relatif tinggi dan belum kembali ke level rendah. “Meskipun BI telah memangkas suku bunga pada September 2024 dan Januari 2025, hal tersebut tetap menjadi faktor negatif dalam pendanaan,” jelas Ahmad.
Selain itu, tantangan lainnya berasal dari persaingan likuiditas dengan perbankan yang semakin ketat. Potensi besar penerbitan surat utang pemerintah juga menjadi ancaman, mengingat defisit anggaran yang semakin besar serta tingginya angka jatuh tempo utang pemerintah. Ahmad menilai, kondisi ini bisa mempengaruhi harga surat utang, meningkatkan yield obligasi pemerintah, dan pada akhirnya berimbas pada yield obligasi korporasi, termasuk obligasi multifinance.
Ahmad menambahkan bahwa meski pemerintah diharapkan bisa lebih efisien dalam mengelola keuangan negara, risiko perlambatan ekonomi yang mulai terlihat dapat mempengaruhi permintaan terhadap layanan multifinance. “Perlambatan ekonomi pasti berdampak negatif bagi industri multifinance,” ujarnya.
Selain faktor ekonomi, pengaruh nilai tukar juga menjadi perhatian. Banyak perusahaan multifinance yang mendanai sektor-sektor yang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar, seperti pertambangan dan perkebunan. Dengan adanya fenomena Strong Dollar, nilai tukar rupiah yang masih bisa berfluktuasi menjadi risiko yang tak bisa diabaikan. Hal ini tentu berpotensi menciptakan ketidakpastian dalam prospek bisnis bagi perusahaan yang didanai, yang akhirnya berimbas pada risiko dalam bisnis multifinance.
Pefindo mencatatkan bahwa total penerbitan surat utang oleh sektor multifinance pada tahun 2024 tercatat mencapai Rp 30,92 triliun, yang lebih rendah 5,64% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 32,77 triliun. Terdapat juga surat utang yang jatuh tempo di 2025 sebesar Rp 30,60 triliun, yang mencakup hampir 19% dari total surat utang yang akan jatuh tempo tahun tersebut, yang diperkirakan mencapai Rp 161,21 triliun.
Di sisi lain, penerbitan surat utang multifinance pada awal 2025 terbilang sepi, dengan nilai yang tercatat baru mencapai Rp 0,80 triliun. Tantangan besar yang dihadapi sektor ini jelas akan memengaruhi perkembangan pasar surat utang di masa depan. (Hky)