Ekbis  

Mobil Listrik: Menjadi Penggerak Pasar Otomotif Indonesia pada 2025?

Mobil Listrik: Menjadi Penggerak Pasar Otomotif Indonesia pada 2025?

JagatBisnis.com – Mobil listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicles / BEV) semakin menunjukkan potensi besar untuk mendukung kinerja pasar otomotif nasional meski masih menghadapi beberapa tantangan. Berdasarkan riset terbaru dari Economist Intelligence Unit (EIU), penjualan mobil global diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi, yakni 97,2 juta unit pada 2025. Di tengah tren ini, mobil listrik diproyeksikan tetap menjadi segmen dengan kinerja terbaik, dengan estimasi pertumbuhan penjualan sebesar 16%, mencapai 19,4 juta unit pada 2025.

Dalam lima tahun terakhir, pangsa pasar mobil listrik dunia terus melonjak. Pada 2019, mobil listrik hanya mencatatkan 3,4% dari total penjualan mobil dunia (sekitar 2,1 juta unit), namun pada 2023, angkanya melambung menjadi 21,8% (13,6 juta unit). Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh kebijakan subsidi dari banyak negara yang bertujuan melestarikan lingkungan hidup. Meskipun sebagian negara mulai mengurangi subsidi langsung, banyak pemerintah yang masih menawarkan insentif berupa keringanan pajak untuk pembelian mobil listrik.

Baca Juga :   Perdana Tampil di Asia Tenggara Suzuki Tampilkan Konsep Mobil Listrik Di Indonesia

Di Indonesia, tren penjualan mobil listrik juga menunjukkan angka yang signifikan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik di Indonesia pada 2024 tercatat sebanyak 42.889 unit, yang melonjak 151,53% year on year (YoY). Angka tersebut berkontribusi 4,95% terhadap total penjualan mobil nasional pada tahun lalu.

Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, meyakini bahwa mobil listrik dapat menjadi penggerak utama pasar otomotif Indonesia pada 2025. Selain semakin banyaknya merek mobil listrik yang tersedia, dukungan pemerintah melalui insentif seperti bebas PPNBM untuk mobil listrik CBU (completely built up) dan CKD (completely knock down) juga turut mendorong pertumbuhan ini.

Namun, di sisi lain, masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah terbatasnya infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian daya (charging station) yang belum tersebar merata di seluruh Indonesia. Harga mobil listrik yang relatif tinggi meskipun sudah mendapatkan insentif juga menjadi kendala bagi sebagian konsumen. “Pendapatan per kapita masyarakat masih menjadi kendala untuk membeli mobil listrik,” ujar Jongkie, Senin (10/2).

Baca Juga :   Mobil Listrik Mewah Mercedes Tabrak Pembatas Tol JORR, Sopir Mengaku Setir Tertarik ke Kiri

Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu, yang juga akademisi di Institut Teknologi Bandung (ITB), menyarankan bahwa mobil listrik dengan harga di kisaran Rp 200 juta hingga Rp 300 juta akan menjadi pilihan realistis bagi konsumen Indonesia. Segmen ini berpotensi bersaing langsung dengan mobil di kelas Low Multipurpose Vehicle (LMPV) dan City Car yang populer di Tanah Air.

“Jika ada lebih banyak pilihan mobil listrik dengan harga di bawah Rp 200 juta dan berbagai model yang lebih variatif, hal ini bisa mendisrupsi pasar,” jelas Yannes. Saat ini, salah satu merek yang menawarkan mobil listrik dengan harga terjangkau adalah Wuling Motors dengan model Air ev, yang dibanderol mulai dari Rp 179,1 juta hingga Rp 302,5 juta setelah diskon PPN 10%.

Baca Juga :   Pemerintah Berikan Insentif Pajak untuk Mobil Listrik, Harga Mobil BYD 2025 Masih Terjangkau

Pihak Wuling Motors optimis bahwa produk mobil listrik mereka akan terus diminati masyarakat Indonesia pada 2025. “Kami masih fokus pada lini produk ABC Stories yang terdiri dari Air ev, BinguoEV, dan Cloud EV,” ujar Brian Gomgom, PR Manager Wuling Motors, pada pertengahan Januari 2025.

Dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada, mobil listrik memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama pasar otomotif Indonesia di masa depan, terutama jika produsen dapat menawarkan lebih banyak model dengan harga yang lebih terjangkau untuk segmen kelas menengah. (Zan)