JagatBisnis.com – Meskipun industri perfilman Indonesia menghadapi persaingan ketat dan kemajuan teknologi yang pesat, prospek pertumbuhannya tetap menunjukkan angka yang positif. Direktur Keuangan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM), Vikas Chand Sharma, menyatakan bahwa meskipun sektor hiburan menghadapi tantangan besar, optimisme terhadap perkembangan pasar film nasional tetap tinggi.
Vikas mengungkapkan, salah satu tantangan besar yang dihadapi industri film adalah persaingan yang semakin ketat, baik dari pemain lokal maupun internasional. Kehadiran platform streaming global memaksa produsen film untuk terus berinovasi agar tetap relevan di pasar. Selain itu, perubahan kebijakan pemerintah, seperti yang berkaitan dengan pajak dan regulasi distribusi film, juga menjadi perhatian utama bagi para pelaku industri.
“Industri perfilman saat ini menghadapi tantangan besar, baik dari segi persaingan lokal maupun internasional. Kehadiran platform streaming global memaksa kami untuk terus berinovasi agar tetap relevan. Selain itu, perubahan kebijakan pemerintah, terutama terkait pajak dan regulasi distribusi film, juga menjadi perhatian kami,” ujar Vikas pada Jumat (31/1).
Pertumbuhan Penonton Bioskop yang Meningkat Pesat
Meski menghadapi berbagai tantangan, Indonesia dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa tetap menjadi pasar yang sangat potensial bagi industri perfilman. Pada tahun 2023, total penonton bioskop mencapai 114,5 juta, naik 14,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Tren positif ini berlanjut hingga akhir Desember 2024, dengan jumlah penonton bioskop mencapai 80,21 juta, meningkat 50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa meskipun industri perfilman global mengalami banyak perubahan, minat masyarakat Indonesia terhadap film tetap tinggi. Hal ini memberikan sinyal positif bagi para pelaku industri film lokal untuk terus berkreasi dan berinovasi.
Strategi Produksi Film dan Ekspansi ke OTT
Dalam sektor produksi, Vikas menjelaskan bahwa proyeksi jumlah penonton film sering kali sulit diprediksi. Beberapa film yang diprediksi tidak akan sukses justru meraih hasil yang luar biasa, sementara beberapa film yang diperkirakan akan berhasil, justru tidak memenuhi target.
“Beberapa film dengan ekspektasi tinggi mungkin tidak memenuhi target. Sementara film yang diperkirakan kurang diminati justru meraih sukses besar,” tambah Vikas. Menghadapi situasi tersebut, RAAM merencanakan untuk memproduksi sekitar 10 film pada tahun 2025, dengan jadwal perilisan yang konsisten setiap bulan, dimulai dari Januari hingga seterusnya. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan sekaligus memperkuat posisi RAAM sebagai pemimpin industri hiburan Indonesia.
Selain bioskop dan televisi, perkembangan Platform Over The Top (OTT) juga memberikan dampak positif yang signifikan pada industri perfilman. Dengan meningkatnya adopsi internet dan harga paket data yang semakin terjangkau, penggunaan platform OTT seperti Netflix, Disney+, Vidio, dan WeTV semakin meningkat pesat.
Vikas juga menyebutkan bahwa hingga akhir 2024, RAAM tengah menjajaki kerja sama strategis dengan salah satu platform OTT terbesar di dunia. Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat posisi RAAM di pasar hiburan digital.
“Tentu, kami tidak hanya fokus pada pasar domestik. Kami berusaha menghadirkan konten yang relevan secara global, sambil tetap menjaga identitas lokal yang kuat,” pungkas Vikas.
Dengan strategi yang matang dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi, industri perfilman Indonesia diprediksi akan terus tumbuh dan mampu bersaing di pasar global, meskipun tantangan yang dihadapi semakin kompleks. (Mhd)