JagatBisnis.com – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) semakin dilirik sebagai pilihan menarik di tengah ketidakpastian pasar di awal tahun 2025. Dengan kekuatan dalam pinjaman dan simpanan yang solid, BBCA menawarkan profil investasi yang stabil dibandingkan dengan bank-bank lainnya.
Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya, menilai bahwa pertumbuhan pinjaman BBCA yang kuat dan kualitas peminjam yang solid membuat bank ini menjadi pilihan defensif yang baik, terutama di tengah kondisi pasar yang volatil. “BBCA memiliki posisi yang cukup aman, dengan waralaba simpanan yang kuat dan kualitas peminjam yang solid,” ujar Andrey.
Kinerja keuangan BBCA yang positif terlihat pada kuartal ketiga 2024, di mana pinjaman BBCA tercatat meningkat 3,2% secara kuartalan, mencapai Rp 877 triliun per September 2024. Angka ini membawa total pinjaman BBCA naik sekitar 14,5% secara tahunan sepanjang Januari hingga September 2024. Semua segmen pinjaman BBCA juga mencatatkan pertumbuhan dua digit, dengan pemanfaatan fasilitas pinjaman yang lebih tinggi di segmen korporat dan pertumbuhan pinjaman UKM di luar Jawa.
Andrey juga menambahkan bahwa laba bersih BBCA pada kuartal ketiga 2024 mencapai Rp 14,2 triliun, meningkat 1% kuartalan dan 16% tahunan. Laba bersih setelah pajak (PATMI) BBCA tercatat tumbuh 13% menjadi Rp 41 triliun sepanjang Januari hingga September 2024. Melihat kinerja ini, Andrey percaya bahwa BBCA masih menawarkan potensi keuntungan yang menarik di tengah gejolak pasar.
Berdasarkan pertumbuhan pinjaman yang kuat, manajemen BBCA telah menaikkan panduan pertumbuhan pinjaman untuk 2024 menjadi 10%-12%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang berada di kisaran 8%-10%. BBCA juga melanjutkan berbagai inisiatif strategis seperti BCA Expoversary 2024 dan BCA Expo 2024 yang sebelumnya sukses mengumpulkan aplikasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) lebih dari Rp 78 triliun.
Analis Buana Capital Sekuritas, James Stanley Widjaja, melihat potensi BBCA sebagai saham yang layak diperhatikan di tengah kondisi likuiditas yang ketat. Menurutnya, penurunan harga saham BBCA merupakan peluang untuk membeli saham dengan harga yang lebih rendah. “Kami melihat koreksi harga BBCA sebagai kesempatan menarik untuk mengakumulasi saham,” ungkap James.
Dalam riset 20 Desember 2024, James memaparkan bahwa Laba Bersih Setelah Pajak (NPAT) BBCA untuk Bank-Only tercatat mencapai Rp 50,5 triliun, meningkat 14,3% secara tahunan. Pertumbuhan pinjaman BBCA juga jauh di atas panduan manajemen, dengan angka 15,5% secara tahunan pada November 2024, dan Margin Bunga Bersih (NIM) yang tetap kuat pada level 6,2%.
James juga mencatat kualitas aset BBCA yang tetap tangguh, dengan Cost of Credit (CoC) yang sangat rendah, hanya 0,2%. Dalam lingkungan suku bunga yang lebih tinggi dan likuiditas yang ketat, BBCA diprediksi akan terus mencatatkan kinerja yang stabil, berkat likuiditas yang kuat dan waralaba simpanan terbaik di kelasnya.
Analis JP Morgan Sekuritas, Harsh Wardhan Modi, juga memberikan pandangannya bahwa BBCA memiliki kinerja yang solid di tengah volatilitas pasar. Ia menilai bahwa meskipun likuiditas ketat akibat program SRBI yang dikeluarkan Bank Indonesia, BBCA diperkirakan tetap mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan bank-bank besar lainnya.
Harsh memberikan target harga saham BBCA sebesar Rp 12.000 per saham dan menyematkan peringkat overweight untuk saham ini. Sementara itu, James merekomendasikan beli untuk BBCA dengan target harga Rp 12.400 per saham, dan Andrey mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 12.060 per saham.
Dengan kinerja yang solid, profil pertumbuhan yang stabil, dan likuiditas yang cukup, BBCA tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari saham defensif di tengah ketidakpastian pasar 2025. (Mhd)