JagatBisnis.com – Harga komoditas energi diperkirakan akan menghadapi tantangan berat sepanjang tahun 2025, dengan prospek yang masih suram. Faktor utama yang memengaruhi adalah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi global dan ketegangan dalam pasokan energi.
Pada pekan pertama tahun 2025, harga komoditas energi tercatat menguat. Berdasarkan data dari Trading Economics, harga minyak WTI naik 1,81% secara Year to Date (Ytd), mencapai US$ 73,08 per barel, sedangkan minyak Brent juga menguat 1,61%, mencatatkan harga US$ 75,86 per barel pada Jumat, 3 Januari. Namun, harga gas alam justru menurun 2,31% Ytd menjadi US$ 3,55 per MMBtu, setelah turun 3,01% dalam 24 jam terakhir. Begitu juga dengan harga batubara yang mengalami penurunan 0,52% Ytd, berada di kisaran US$ 124,6 per ton.
Menurut Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, prospek harga energi di 2025 tetap suram jika mengacu pada pasokan dan permintaan global. Meskipun kebijakan energi pro-fosil yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump berpotensi meningkatkan produksi gas dan minyak bumi di Amerika Serikat, faktor cuaca dan perubahan tren energi tetap berpengaruh besar. Harga gas alam, misalnya, sempat naik di awal tahun ini karena harapan akan cuaca yang lebih dingin, tetapi kemudian turun setelah ramalan cuaca menunjukkan tren yang lebih hangat.
Untuk batubara, permintaan global yang melambat, terutama akibat kebijakan energi terbarukan yang diterapkan China, menjadi penghambat. China, yang pada 2024 menambahkan 11 reaktor nuklir dan berencana meningkatkan efisiensi energi nuklir, semakin mengurangi ketergantungannya pada batubara. Reaktor nuklir yang lebih efisien ini diprediksi akan terus mengurangi permintaan batubara, yang tahun ini diperkirakan akan tetap tertekan.
“Satu-satunya faktor yang bisa mendorong harga batubara naik kembali adalah gangguan produksi dalam skala besar,” ujar Lukman.
Sementara itu, minyak mentah justru merespons positif stimulus ekonomi dari China dan penurunan data inventaris minyak AS yang terus terjadi selama enam pekan berturut-turut. Namun, keputusan OPEC untuk menormalkan produksi diperkirakan akan membatasi kenaikan harga lebih lanjut.
Selain itu, langkah Presiden AS Joe Biden yang sedang mempersiapkan dekrit untuk melarang pengembangan minyak dan gas lepas pantai di beberapa wilayah pesisir AS memberikan sentimen positif terhadap harga minyak mentah. Hal ini diharapkan dapat mengurangi pasokan minyak mentah global, yang pada gilirannya mendukung harga.
Menurut Lukman, katalis utama bagi batubara masih berasal dari pertumbuhan ekonomi global, terutama di China. Sementara itu, untuk minyak mentah, faktor yang berpengaruh adalah kebijakan produksi dari OPEC+ dan Amerika Utara.
Lukman memproyeksikan harga batubara akan berada di kisaran US$ 90 hingga US$ 110 per ton pada tahun ini. Untuk minyak mentah, ia memperkirakan harga ideal berada di sekitar US$ 60 per barel, dengan skenario terburuk di kisaran US$ 50 per barel. Sementara itu, gas alam diperkirakan akan berada pada rentang harga US$ 2,8 hingga US$ 3 per MMBtu.
Dengan tantangan besar yang menghadang, tahun 2025 akan menjadi ujian berat bagi pasar energi global. (Mhd)