JagatBisnis.com – Menghadapi tahun 2025, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menetapkan target lifting sebesar 1.610 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD). Target ini terdiri dari produksi minyak sebesar 605 ribu barel per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 1.005 ribu BOEPD, yang sesuai dengan proyeksi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Djoko Siswanto, Kepala SKK Migas, menyampaikan bahwa pencapaian target ini akan didorong melalui program-program strategis, antara lain pengeboran masif, optimalisasi sumur idle, dan implementasi teknologi canggih seperti Enhanced Oil Recovery (EOR). Semua upaya ini bertujuan untuk memastikan produksi minyak dan gas bumi dapat meningkat secara optimal.
Mekanisme Insentif dan Tantangan untuk KKKS
Untuk memastikan pencapaian target lifting tersebut, SKK Migas juga menerapkan mekanisme reward and punishment bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Dengan pendekatan ini, diharapkan setiap kontraktor dapat beroperasi secara maksimal dan mengurangi kemungkinan gangguan dalam produksi. Tema yang diusung SKK Migas di 2025 adalah “Industri Hulu Migas, Pilar Ketahanan Energi Nasional,” yang menggarisbawahi peran penting sektor hulu migas dalam menjaga ketahanan energi Indonesia dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Prioritas Keamanan dan Keandalan Operasional
Djoko menegaskan bahwa keberhasilan di tahun 2024 menjadi dasar penting untuk pencapaian di tahun 2025. Oleh karena itu, SKK Migas memprioritaskan tiga hal utama dalam operasionalnya. Pertama, memastikan semua kegiatan dilakukan dengan standar keselamatan kerja yang tinggi agar terhindar dari insiden. Kedua, menjamin keandalan fasilitas untuk menghindari gangguan operasional. Ketiga, mengoptimalkan lifting melalui perencanaan strategis yang cermat, demi meminimalisir perbedaan antara target dan realisasi.
Pemantauan Lifting dan Kolaborasi Antarinstansi
Untuk memastikan kelancaran proses lifting, Djoko memimpin pemantauan langsung yang dilakukan pada 31 Desember 2024 di Integrated Operation Center (IOC). Pemantauan ini mencakup berbagai aspek operasional, seperti kesiapan fasilitas produksi, pengawasan jalur distribusi, serta pengelolaan stok di terminal-terminal migas. Koordinasi yang solid antar berbagai pihak diharapkan dapat memastikan proses lifting berlangsung optimal dan tepat waktu.
Kesimpulan
Dengan strategi yang matang, penggunaan teknologi modern, dan koordinasi yang baik, SKK Migas optimis bisa mencapai target lifting 1.610 ribu BOEPD pada 2025. Keberhasilan tersebut tidak hanya vital bagi sektor migas, tetapi juga bagi ketahanan energi Indonesia yang lebih berkelanjutan di masa depan. (Mhd)