JagatBisnis.com – Harga minyak dunia merosot lebih dari 2% pada Jumat (15/11), dipicu oleh kekhawatiran pasar mengenai melambatnya permintaan dari Tiongkok serta potensi pelambatan dalam laju pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).
Pergerakan Harga Minyak
Pada sesi perdagangan tersebut:
- Harga minyak mentah Brent turun US$ 1,52 atau 2,09%, menjadi US$ 71,04 per barel.
- Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) anjlok US$ 1,68 atau 2,45%, ditutup pada US$ 67,02 per barel.
Selama minggu ini, harga minyak Brent terdepresiasi sekitar 4%, sementara minyak WTI turun lebih dalam, mencapai 5%.
Faktor-faktor Penyebab Penurunan Harga Minyak
- Permintaan Tiongkok yang Melemah:
- Pada bulan Oktober, penyulingan minyak Tiongkok mengalami penurunan 4,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penutupan pabrik dan pengurangan tingkat operasi di beberapa penyuling independen, yang lebih kecil.
- Data ekonomi Tiongkok menunjukkan bahwa produksi pabrik negara tersebut melambat, sementara permintaan di sektor properti tetap lesu, menambah kecemasan investor tentang kondisi ekonomi Tiongkok, yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia.
- Ketegangan Perdagangan antara AS dan Tiongkok:
- Donald Trump, Presiden terpilih AS, berencana mengakhiri status perdagangan Tiongkok sebagai negara dengan tarif perdagangan paling disukai dan mengenakan tarif impor baru yang lebih tinggi, yang bisa mengganggu pemulihan ekonomi global, termasuk sektor energi.
- Goldman Sachs juga mengurangi sedikit perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok untuk 2025, dengan potensi penurunan yang lebih besar jika ketegangan perdagangan semakin intens.
- Penurunan Proyeksi Pertumbuhan Permintaan Global:
- Fatih Birol, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), mengonfirmasi bahwa permintaan minyak global semakin melemah. Hal ini didorong oleh faktor-faktor seperti penurunan pertumbuhan ekonomi China dan meningkatnya penetrasi mobil listrik di seluruh dunia.
- IEA memperkirakan pasokan minyak global pada 2025 akan melebihi permintaan lebih dari 1 juta barel per hari, bahkan jika pemotongan produksi oleh OPEC+ tetap dilanjutkan.
- OPEC juga telah mengurangi perkiraan pertumbuhannya untuk permintaan minyak global tahun ini dan pada 2025, dengan penurunan signifikan di Tiongkok, India, dan negara-negara lain.
Proyeksi dan Dampak Jangka Panjang
Harga minyak yang terus tertekan menunjukkan bahwa kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi global, terutama di Tiongkok, akan terus memengaruhi pasar energi dalam waktu dekat. Penurunan proyeksi permintaan global dan peningkatan produksi mobil listrik menambah kekhawatiran akan keberlanjutan permintaan energi fosil dalam jangka panjang.
Dengan proyeksi pasokan yang melampaui permintaan, harga minyak mungkin tetap terkoreksi dalam jangka menengah, tergantung pada faktor-faktor eksternal seperti kebijakan perdagangan dan kestabilan pasar energi global. (Zan)