Ekbis  

Fluktuasi Harga Baja dan Strategi PT Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) dalam Menghadapi Tantangan Pasar

Fluktuasi Harga Baja dan Strategi PT Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) dalam Menghadapi Tantangan Pasar. foto dok iisia.or.id

JagatBisnis.com – Harga baja global tercatat mengalami penurunan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Dalam satu bulan terakhir, harga baja tercatat turun sebesar 5,32%, dan sejak awal tahun 2024, harga baja telah terkoreksi sekitar 17,57%. Sebaliknya, harga baja HRC (Hot Rolled Coil) mengalami lonjakan 1% dalam sebulan, meskipun masih merosot tajam hingga 35,32% secara year-to-date (YtD).

Namun, meskipun harga baja global menunjukkan volatilitas, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP), yang lebih dikenal dengan nama Spindo, tetap mampu menunjukkan kinerja yang cukup stabil. Corporate Secretary & Investor Relations ISSP, Johannes Edward, mengungkapkan bahwa harga rata-rata jual atau average selling price (ASP) baja ISSP sejak awal tahun ini hanya terpengaruh penurunan sekitar 4%. Menurutnya, pencapaian ini menunjukkan kekuatan pemasaran perusahaan yang berhasil menjaga daya saing produk di pasar meskipun harga baja global tidak menentu.

Sentimen Positif dari Stimulus China dan Dampaknya pada Harga Baja

Johannes juga mencatat adanya beberapa sentimen positif dalam beberapa minggu terakhir, khususnya terkait dengan kebijakan stimulus di China, yang telah mendorong kenaikan harga baja. “Memang, ada kenaikan harga komoditas dalam beberapa minggu terakhir, yang dipengaruhi oleh stimulus terbatas di China, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan harga baja,” ujar Johannes.

Baca Juga :   Peluang Ekspor PT Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) di Tengah Kebijakan Antikarbon Uni Eropa

Namun, meskipun harga baja global terus mengalami fluktuasi, ISSP memprediksi bahwa pergerakan harga baja tidak akan mengalami lonjakan yang terlalu besar hingga akhir tahun 2024. Ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup optimistis menghadapi volatilitas pasar yang dipengaruhi oleh sentimen global.

Kinerja Produksi dan Penjualan yang Stabil di Tengah Tantangan

Pada Oktober 2024, produksi baja ISSP tercatat mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, secara year on year (YoY). Bahkan, pada periode Januari-Februari 2024, produksi baja ISSP tercatat lebih rendah sekitar 25% YoY. Meskipun demikian, Johannes tetap optimistis bahwa perusahaan akan dapat memacu penjualan lebih baik pada kuartal IV 2024, didorong oleh permintaan yang relatif stabil dan strategi pemasaran yang solid.

Untuk diketahui, laba bersih ISSP mengalami penurunan tipis sebesar 1,5% secara tahunan, menjadi Rp 358,10 miliar pada kuartal ketiga 2024. Sementara itu, penjualan dan pendapatan jasa perusahaan tercatat turun menjadi Rp 4,31 triliun pada akhir September 2024. Berdasarkan kinerja ini, manajemen ISSP menetapkan target untuk 2024, yaitu peningkatan penjualan sebesar 5% dan laba bersih yang diperkirakan akan meningkat sebesar 10%-20% dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga :   Peluang Ekspor PT Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) di Tengah Kebijakan Antikarbon Uni Eropa

Ekspor Baja ISSP dan Kebijakan Antidumping

Salah satu fokus utama ISSP adalah ekspor baja. Saat ini, ekspor baja ISSP masih berkisar sekitar 5% dari total penjualan perusahaan. Sektor-sektor utama yang menjadi tujuan ekspor baja ISSP meliputi telekomunikasi, pertambangan, serta minyak dan gas (migas). Johannes percaya bahwa peluang ekspor baja Indonesia ke pasar global, terutama China, semakin terbuka seiring dengan adanya krisis baja di Negeri Tirai Bambu itu.

“Indonesia memiliki peluang untuk menjadi negara tujuan ekspor baja dari China, terutama dalam kondisi krisis baja di China. Kami juga mendukung rencana kebijakan antidumping baja impor, namun perlu ada perencanaan matang terkait investasi asing di Indonesia, khususnya dalam industri-industri midstream, agar tidak merugikan perusahaan lokal,” jelas Johannes.

Tantangan dan Peluang ke Depan

Baca Juga :   Peluang Ekspor PT Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) di Tengah Kebijakan Antikarbon Uni Eropa

Krisis baja di China dan kebijakan antidumping yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah Indonesia menjadi salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi arah pasar baja ke depan. Johannes mengungkapkan bahwa ia optimistis pemerintah Indonesia mendengarkan aspirasi para pelaku industri baja terkait masalah produk baja murah dari China, sehingga dapat mengeluarkan kebijakan yang terbaik demi kepentingan nasional.

ISSP sendiri terus berusaha memperkuat posisi pasar dengan meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas pasar ekspor. Diharapkan, dengan terus berinovasi dan menjaga kualitas produk, Spindo dapat tetap bersaing di pasar global yang semakin ketat.

Kesimpulan: Optimisme di Tengah Ketidakpastian

Meskipun harga baja global mengalami fluktuasi dan ada tantangan yang dihadapi oleh industri baja, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) tetap optimistis dapat menjaga kinerja dan target pertumbuhannya hingga akhir tahun 2024. Dengan strategi pemasaran yang solid, serta dukungan terhadap kebijakan antidumping dan peluang ekspor yang terbuka lebar, ISSP berharap dapat mengatasi tantangan yang ada dan memperkuat posisinya di pasar baja nasional maupun global. (Mhd)