JagatBisnis.com – Harga beras di Indonesia diperkirakan akan mengalami kenaikan pada akhir tahun 2024, yang merupakan tren tahunan akibat berkurangnya jumlah panen beras di musim tersebut. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa penurunan produksi beras yang terjadi setiap akhir tahun sering kali mempengaruhi harga di pasar. Sebagai langkah antisipasi, Bapanas telah menyiapkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang disalurkan melalui Perum Bulog untuk meredam gejolak harga.
Cadangan Beras Pemerintah Mencapai 1,7 Juta Ton
Arief memastikan bahwa cadangan beras pemerintah yang disiapkan untuk menghadapi periode akhir tahun dan awal tahun depan cukup besar, yakni sekitar 1,7 juta ton. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan cadangan beras pada tahun-tahun sebelumnya yang hanya berkisar antara 600 ribu hingga 800 ribu ton.
“Cadangan beras Bulog ada 1,7 juta ton, itu untuk meng-cover di akhir tahun dan awal tahun,” kata Arief dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi IV DPR RI pada 6 November 2024. Ia menegaskan bahwa cadangan beras yang cukup besar ini diharapkan dapat menstabilkan harga dan menghindari kelangkaan beras di pasar domestik.
Antisipasi Kenaikan Harga Beras
Kenaikan harga beras pada akhir tahun memang sudah menjadi pola tahunan yang dipengaruhi oleh musim panen yang lebih sedikit. Namun, dengan cadangan beras yang lebih banyak dan langkah-langkah intervensi pasar oleh Bulog, Bapanas berharap harga beras bisa lebih terjaga dan tidak melonjak tajam.
Arief juga menambahkan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya, kendala besar dalam mengendalikan harga beras adalah terbatasnya stok cadangan pangan. Pada saat itu, cadangan Bulog hanya berkisar antara 600-800 ribu ton, yang dianggap sangat rawan terhadap fluktuasi harga. “Sekarang, dengan cadangan yang mencapai 1,7 juta ton, kami lebih siap untuk menghadapi gejolak harga yang mungkin terjadi,” jelas Arief.
Proyeksi Impor Beras 2025 Bergantung pada Produksi Dalam Negeri
Selain itu, Arief juga memberikan gambaran tentang proyeksi impor beras pada tahun 2025. Menurutnya, keputusan untuk melakukan impor beras pada beberapa tahun terakhir didasarkan pada kemampuan produksi dalam negeri yang tidak dapat memenuhi kebutuhan secara penuh. Produksi beras Indonesia diperkirakan hanya mampu menghasilkan sekitar 31 juta ton per tahun, sementara kebutuhan nasional mencapai 30,5 juta ton. Dengan demikian, surplus beras yang ada sangat kecil, hanya sekitar 0,5 juta ton.
Namun, Bapanas berkomitmen untuk menggenjot produksi beras dalam negeri agar bisa mengurangi ketergantungan pada impor. “Menggenjot produksi dalam negeri sangat penting untuk mengurangi impor dan meningkatkan ketahanan pangan,” ujar Arief.
Kesimpulan
Dengan persiapan cadangan beras yang cukup besar dan upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri, Bapanas berusaha mengantisipasi lonjakan harga beras yang biasanya terjadi di akhir tahun. Cadangan beras sebesar 1,7 juta ton diharapkan dapat membantu meredam fluktuasi harga dan menjaga pasokan pangan tetap stabil. Ke depan, mengurangi ketergantungan pada impor beras akan menjadi fokus utama pemerintah untuk meningkatkan kemandirian pangan dan memastikan kesejahteraan petani lokal. (Hky)