Ekbis  

Optimisme PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Capai Target Kapasitas Energi Panas Bumi

Optimisme PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Capai Target Kapasitas Energi Panas Bumi. foto dok pge.pertamina.com

JagatBisnis.com – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) semakin optimistis dalam mencapai target penambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Mengusung strategi ekspansi di aset eksisting, eksplorasi, dan akuisisi selektif, PGEO bertujuan untuk mempercepat kontribusinya terhadap ketahanan energi nasional, seiring dengan dorongan pemerintah untuk pengembangan energi terbarukan.

Ambisi Mencapai 1 GW di 2027-2028

Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menegaskan bahwa perusahaan memiliki target ambisius untuk mencapai total kapasitas terpasang sebesar 1 Gigawatt (GW) pada tahun 2027-2028. Target ini menjadi pijakan untuk ambisi lebih besar, yakni mencapai kapasitas 1,5 GW pada 2030 dan 1,7 GW hingga 1,8 GW pada 2033. PGEO yakin bahwa pencapaian tersebut akan mendukung rencana pemerintah yang memprioritaskan energi terbarukan, khususnya geothermal, sebagai bagian dari transisi energi nasional.

Geothermal: Kunci Energi Transisi

Julfi Hadi menambahkan bahwa energi panas bumi (geothermal) akan berperan penting dalam mendukung visi pemerintah dalam mencapai swasembada energi. Dalam pidato pelantikannya, Presiden Prabowo Subianto menyoroti pentingnya pengembangan sumber energi terbarukan, dengan geothermal sebagai salah satu kekuatan utama, mengingat kemampuannya untuk menyediakan energi dengan karakteristik baseload yang stabil. “Geothermal adalah kunci dari energi transisi,” ujar Julfi dalam paparan publiknya pada 6 November 2024.

Baca Juga :   Peran Energi Panas Bumi dalam Ketahanan Energi Nasional

Seiring dengan perkembangan teknologi dan penyesuaian model bisnis, waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan proyek geothermal kini jauh lebih singkat, dari yang sebelumnya bisa mencapai 10 tahun, kini menjadi hanya 3 hingga 5 tahun. Penurunan risiko eksplorasi dan peningkatan peluang keberhasilan pengeboran sumur membuat geothermal semakin menjanjikan sebagai sumber energi yang lebih aman dan lebih efisien.

Strategi Ekspansi untuk Mencapai 1 GW

Untuk merealisasikan target 1 GW dalam dua hingga tiga tahun ke depan, PGEO mengandalkan tiga proyek utama. Pertama, proyek Hululais unit 1 dan 2 yang akan menambah kapasitas sebesar 110 MW. Julfi mengungkapkan bahwa PT PLN (Persero) berkomitmen untuk mempercepat proses pengadaan dan konstruksi, dengan proyeksi Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2027.

Proyek kedua adalah Lumut Balai unit 2 dengan kapasitas 55 MW, yang kini sudah mencapai progres 88,92% dan diperkirakan akan selesai pada Desember 2024. Proyek ini diperkirakan mulai beroperasi pada kuartal pertama 2025. Terakhir, proyek Co-Generation, yang mencakup pembangunan unit Ulubelu Binary (30 MW) dan Lahendong (15 MW), akan menambah kapasitas sebesar 45 MW.

Ekspansi Global: Peluang di Afrika dan Turki

Baca Juga :   Peran Energi Panas Bumi dalam Ketahanan Energi Nasional

PGEO juga tengah mengembangkan peluang ekspansi global. Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGEO, Edwil Suzandi, menjelaskan bahwa perusahaan sedang menjajaki potensi pengembangan panas bumi di luar negeri, khususnya di Afrika dan Turki. Kerja sama dengan Geothermal Development Company Ltd. (GDC) dan Africa Geothermal International Ltd. (AGIL) untuk proyek panas bumi di Kenya menjadi langkah awal ekspansi PGEO di benua tersebut. Selain itu, PGEO juga sedang melakukan kajian untuk ekspansi ke Turki, dengan fokus pada kalkulasi sumber daya dan potensi komersialisasi yang sesuai.

Belanja Modal untuk Ekspansi

PGEO telah mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar US$ 300 juta untuk tahun 2024, yang sebagian besar akan difokuskan pada proyek-proyek organik. Meskipun ada beberapa peninjauan kembali terhadap aksi merger dan akuisisi (M&A), PGEO tetap optimistis dapat merealisasikan belanja modal untuk ekspansi organik, dengan anggaran sebesar US$ 247 juta. Hingga kuartal III-2024, serapan capex PGEO masih terbilang minim, yakni baru sekitar US$ 84,06 juta, yang disebabkan oleh kendala administratif dan keterlambatan pengadaan. Namun, perusahaan optimistis bahwa belanja modal ini akan tercapai pada akhir tahun 2024.

Kinerja Keuangan PGEO di 2024

Baca Juga :   Pertamina NRE, PGEO, dan Genvia Tandatangani MoU untuk Pengembangan Hidrogen Hijau

Meski menghadapi sejumlah tantangan, kinerja keuangan PGEO hingga kuartal III-2024 masih menunjukkan hasil yang solid. Pendapatan PGEO tercatat turun tipis 0,7% YoY dari US$ 308,19 juta menjadi US$ 306,02 juta. Namun, laba bersih perusahaan meningkat sedikit sebesar 0,36% YoY, dari US$ 133,50 juta menjadi US$ 133,99 juta. Kinerja operasional PGEO masih menunjukkan pertumbuhan positif, dengan produksi listrik dan uap meningkat sebesar 0,31% YoY menjadi 3.597 Gigawatt Hour (GWh), melebihi estimasi manajemen yang sebesar 3.460 GWh.

Prospek Cerah di Masa Depan

Meski kinerja keuangan perusahaan stagnan, PGEO tetap optimistis menghadapi masa depan yang lebih cerah. Dengan strategi ekspansi yang jelas, baik di pasar domestik maupun global, serta peningkatan teknologi dan efisiensi operasional, PGEO siap berperan lebih besar dalam mendukung transisi energi Indonesia ke sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

PGEO juga menunjukkan komitmennya terhadap pengelolaan dana yang efisien dan pengelolaan risiko yang baik, yang menjadi faktor pendukung untuk pencapaian target-target ambisius perusahaan ke depan. Seiring dengan peningkatan kontribusinya terhadap ketahanan energi nasional dan internasional, PGEO berpotensi menjadi pemain utama dalam industri energi terbarukan global. (Mhd)