JagatBisnis.com – Indonesia National Air Carriers Association (INACA) melaporkan bahwa permintaan penerbangan domestik hingga saat ini belum mampu mencapai angka yang tercatat pada akhir 2019. Situasi ini berdampak serius pada kondisi finansial maskapai penerbangan dalam negeri yang masih terjebak dalam kerugian.
Sekretaris Jenderal INACA, Bayu Sutanto, menjelaskan bahwa persaingan antar maskapai saat ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara suplai jumlah pesawat yang tersedia dan permintaan penumpang. “Simpelnya, pendapatan tidak menutupi biaya dan pengeluaran. Jika ingin mengatasi hal ini, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk menaikkan tarif batas atas (TBA). Kerugian yang dialami maskapai akan berdampak pada turunnya permintaan, yang pada gilirannya mempengaruhi load factor,” ungkap Bayu dalam pernyataannya pada Kamis (3/10).
Untuk bertahan di tengah kondisi yang sulit ini, banyak maskapai memilih untuk terbang pada rute-rute yang dapat menutupi biaya operasional. Selain itu, beberapa maskapai juga mulai melakukan ekspansi ke rute internasional, yang dianggap lebih menguntungkan. Rute penerbangan luar negeri tidak mengenakan pembatasan tarif dan bebas dari PPN avtur, sehingga menjadi alternatif yang menarik bagi maskapai.
INACA juga memberikan tanggapan terkait masuknya BBN Airlines Indonesia, maskapai penerbangan baru yang merupakan anak usaha Avia Solutions Group (ASG). BBN Airlines, yang berkantor pusat di Dublin, Irlandia, memiliki armada sebanyak 199 pesawat yang beroperasi di seluruh dunia. Menurut Bayu, BBN Airlines mungkin melihat potensi pertumbuhan permintaan di rute tersebut, meskipun harus menghadapi tantangan seperti harga avtur yang tinggi, bea masuk, pajak, dan kondisi daya beli masyarakat yang masih belum stabil.
“Dengan bertambahnya suplai dari BBN yang saat ini melayani rute CGK-SUB, tentu akan mempengaruhi keseimbangan antara suplai dan demand di rute tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, tantangan bagi maskapai domestik masih akan berlanjut. Di tengah beragam kebijakan dan dinamika pasar, harapan untuk pemulihan yang lebih cepat tergantung pada langkah-langkah strategis yang diambil oleh pemerintah dan pelaku industri penerbangan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya penerbangan yang berkelanjutan, perhatian terhadap efisiensi dan inovasi menjadi kunci untuk memulihkan industri penerbangan di Indonesia. (Mhd)