Harga Minyak Dunia Melonjak Imbas Ketegangan Timur Tengah

Harga Minyak Dunia Melonjak Imbas Ketegangan Timur Tengah. foto dok midor.co

JagatBisnis.com – Harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan signifikan setelah Iran meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel, meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Minyak mentah berpotensi semakin mahal jika konflik ini berlanjut, dengan harga WTI naik lebih dari 3% dalam sehari ke level US$ 72,05 per barel, sementara harga Brent naik 2,57% dalam sehari dan 3,63% dalam sepekan, mencapai US$ 75,47 per barel.

Dampak Serangan Iran

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, menjelaskan bahwa lonjakan harga minyak terjadi setelah Iran meluncurkan serangkaian serangan ke Israel pada Selasa (1/10) malam. Serangan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik regional yang lebih luas.

Baca Juga :   Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Diperkirakan Meningkat pada Agustus 2024.

Meski Pasukan Pertahanan Israel berhasil mencegat banyak rudal, ketegangan tetap meningkat, dengan Israel melancarkan serangan udara terhadap Hizbullah dan mengirimkan pasukan ke Lebanon selatan. Sutopo menyebut bahwa reaksi pasar minyak sangat bergantung pada dampak dan skala serangan Iran. “Jika Israel mulai menyerang fasilitas minyak Iran atau mengancam Selat Hormuz, harga minyak bisa melonjak,” jelasnya.

Produksi Minyak Libya dan Cuaca Buruk

Di tengah ketegangan ini, Libya bersiap untuk kembali memproduksi minyak setelah menyelesaikan konflik internal. Produksi Libya sempat turun dari 1,2 juta barel per hari menjadi kurang dari 450 ribu barel pada Agustus akibat ketidakstabilan politik.

Sementara itu, cuaca buruk juga menjadi perhatian. Pusat Badai Nasional AS melaporkan ada lima sistem badai di cekungan Atlantik, termasuk badai tropis Kirk yang diprediksi akan memperburuk kondisi di akhir pekan ini. Sekitar 3% dari produksi minyak mentah dan 1% gas alam di Teluk Meksiko masih belum beroperasi setelah Badai Helene, menambah kekhawatiran terhadap pasokan minyak.

Baca Juga :   PGN Optimistis Jaga Target Penjualan di Tengah Fluktuasi Harga Minyak Dunia

Sentimen Pasar dan Proyeksi Harga

Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong, menyatakan bahwa kenaikan harga minyak ini disebabkan oleh ketegangan di Timur Tengah. “Investor khawatir akan gangguan pasokan, terutama dengan Iran sebagai produsen terbesar ketiga OPEC yang terlibat dalam konflik ini,” ujarnya.

Meskipun ada penguatan dolar AS yang dapat menahan harga minyak, dampaknya dianggap tidak signifikan. Indeks dolar (DXY) saat ini diperdagangkan di level 101,2, sebagai safe haven di tengah ketegangan geopolitik.

Baca Juga :   Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Diperkirakan Meningkat pada Agustus 2024.

Lukman memproyeksikan jika konflik di Timur Tengah terus memanas dan mengganggu pasokan, harga minyak bisa mencapai US$ 80 per barel. Namun, ia juga memperingatkan bahwa kenaikan harga mungkin terbatas karena investor mengantisipasi langkah OPEC+ yang mungkin meningkatkan produksi lebih cepat.

Sementara itu, Sutopo memprediksi bahwa harga minyak mentah WTI akan diperdagangkan di level US$ 73 per barel pada akhir tahun 2024. Situasi ini menandai momen krusial bagi pasar minyak, di mana ketidakpastian geopolitik berpotensi mempengaruhi harga secara signifikan. (Hky)